Ads 468x60px

...

Rabu, 18 Juni 2014

Makna Al Waduud

AL WADUUD = MAHA MENGASIHI

 

Pembuka Kata

Nama Allah, Al Waduudu ( الودود ) dibaca Al Waduud termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :

{وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ}

“Dan mohonlah ampun kepada Rabb-mu (Allah ‘Azza wa Jalla) kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesengguhnya Rabb-ku Maha Mencintai hamba-hamba-Nya lagi Maha Pengasih” (QS Huud: 90).

{إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ}

“Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya” (QS al-Buruuj: 13-14).
Berdasarkan ayat-ayat di atas, para ulama menetapkan nama al-Waduud sebagai salah satu dari nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla yang maha indah, seperti Imam Ibnul Atsir, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, imam Ibnul Qayyim, imam al-Qurthubi, Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin, dan lain-lain.

 

Makna Kata 

Imam Ibnu Faris dan Ibnul Atsir menjelaskan bahwa asal kata nama ini secara bahasa berarti al-mahabbah (kecintaan). Demikian pula syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di menerangkan bahwa asal kata nama ini berarti al-mahabbah ash-shaafiyah (kecintaan yang murni).
Imam Ibnul Atsir dan Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa nama Allah Subhanahu wa Ta’ala al-Waduud bisa berarti al-mauduud (yang dicintai), artinya Allah Ta’ala dicintai dalam hati para kekasih-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya). Juga bisa berarti al-waadd (yang mencintai), artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hamba-hamba-Nya yang shaleh.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Makna al-Waduud yang termasuk nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla (yang maha indah) adalah bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan merekapun mencintai-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ}

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari (meninggalkan) agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS al-Maaidah:54).

Maka makna nama Allah al-Waduud adalah bahwa Allah mencintai para Nabi dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dan merekapun mencintai-Nya. Bahkan mereka mencintai-Nya lebih dari segala sesuatu (yang ada di dunia), sehingga hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kepada-Nya, lidah mereka selalu mengucapkan pujian/sanjungan bagi-Nya dan jiwa mereka selalu tertuju kepada-Nya dalam kecintaan, keikhlasan dan kembali kepada-Nya dalam semua keadaan”.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala:

{وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ}

“Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya” (QS al-Buruuj: 14).

Penutup Kata 

Masing-masing dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna memiliki bentuk penghambaan diri yang khusus dan unsur penyempurna ketakwaan serta keimanan dalam hati seorang hamba, oleh karena itu, orang yang paling sempurna dalam penghambaan diri dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala adalah orang yang paling sempurna pemahamannya terhadap nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Orang yang paling sempurna dalam penghambaan diri (kepada Allah ‘Azza wa Jalla) adalah orang yang menghambakan diri (kepada-Nya) dengan (memahami kandungan) semua nama dan sifat-Nya yang (bisa) diketahui oleh manusia”.

Tidak terkecuali dalam hal ini nama Allah Subhanahu wa Ta’ala al-Waduud, memahami kandungan nama ini dengan benar merupakan sebab utama untuk meraih mahabbatullah (kecintaan kepada Allah Ta’ala) dan menjadikan-Nya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Karena dengan memahami kandungan nama ini, seorang hamba akan mempersaksikan bahwa Allah Ta’ala sungguh memudahkan bagi hamba-hamba-Nya berbagai sebab dan sarana agar mereka bisa mencapai mahabbatullah (kecintaan kepada Allah Ta’ala), yang ini merupakan sumber kebaikan dan kebahagiaan hakiki bagi hati dan jiwa manusia.

Sebab-sebab tersebut di antaranya: dengan Allah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, ini merupakan sebab yang paling besar dan utama. Demikian pula dengan limpahan berbagai macam nikmat, karunia dan kebaikan dari-Nya kepada-hamba-Nya, yang ini tentu akan menggerakkan hati mereka untuk mencintai-Nya, karena jiwa manusia secara fitrah akan mencintai pihak yang berbuat banyak kebaikan untuk dirinya.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan faidah penting ini dalam ucapan beliau: “al-Waduud berarti bahwa Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan (memperkenalkan kepada mereka) sifat-sifat-Nya yang maha indah, berbagai karunia-Nya yang sangat luas, kelembutan-Nya yang tersembunyi dan bemacam-macam nikmat-Nya yang tampak maupun tidak. Maka Dialah al-Waduud yang berarti al-waaddu (yang mencintai) dan (juga) berarti al-mauduud (yang dicintai). Dialah yang mencintai para wali dan hamba yang dipilih-Nya, dan merekapun mencintai-Nya, maka Dialah yang mencintai mereka dan menjadikan dalam hati mereka kecintaan kepada-Nya. Lalu ketika mereka mencintai-Nya Diapun mencintai (membalas cinta) mereka dengan kecintaan lain (yang lebih sempurna) sebagai balasan (kebaikan) atas kecintaan (tulus) mereka (kepada-Nya).

Maka karunia/kebaikan semua kembali kepada-Nya, karena Dialah yang memudahkan segala sebab untuk menjadikan hamba-hamba-Nya cinta kepada-Nya, Dialah yang mengajak dan menarik hati mereka untuk mencintai-Nya. Dialah yang mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan menyebutkan (dalam al-Qur’an) sifat-sifat-Nya yang maha luas, agung dan indah, yang ini semua akan menarik hati-hati yang suci dan jiwa-jiwa yang lurus. Karena sesungguhnya hati dan jiwa yang bersih secara fitrah akan mencintai (sifat-sifat) kesempurnaan.

Dan Allah ‘Azza wa Jalla memiliki (sifat-sifat) kesempurnaan yang lengkap dan tidak terbatas. Masing-masing sifat tersebut memiliki keistimewaan dalam (menyempurnakan) penghambaan diri (seorang hamba) dan menarik hati (hamba-hamba-Nya) untuk (mencintai)-Nya. Kemudian Dia mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya yang agung, yang dengan itu Allah menciptakan, menghidupkan, memperbaiki keadaan dan menyempurnakan semua urusan mereka. Bahkan dengan itu Allah menyempurnakan (pemenuhan) kebutuhan-kebutuhan pokok, memudahkan urusan-urusan, menghilangkan semua kesulitan dan kesusahan, menetapkan hukum-hukum syariat dan memudahkan mereka menjalankannya, serta menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka…

Maka semua yang ada di dunia dari hal-hal yang dicintai oleh hati dan jiwa manusia, yang lahir maupun batin, adalah (bersumber) dari kebaikan dan kedermawanan-Nya, untuk mengajak hamba-hamba-Nya agar mencintai-Nya.

Sungguh hati manusia secara fitrah akan mencintai pihak yang (selalu) berbuat baik kepadanya. Maka kebaikan apa yang lebih agung dari kebaikan (yang Allah ‘Azza wa Jalla limpahkan kepada hamba-hamba-Nya)? Kebaikan ini tidak sanggup untuk dihitung jenis dan macamnya, apalagi satuan-satuannya. Padahal setiap nikmat (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala) mengharuskan bagi hamba untuk hati mereka dipenuhi dengan kecintaan, rasa syukur, pujian dan sanjungan kepada-Nya”.

Demikian pula, termasuk bukti-bukti sempurnanya kebaikan dan kedermawanan Allah yaitu bahwa seorang hamba yang lancang berbuat maksiat dan kurang dalam menunaikan kewajibannya dalam beribadah kepada-Nya, tapi bersamaan dengan itu semua, Dia Subhanahu wa Ta’ala tetap melimpahkan berbagai macam nikmat kepadanya, menjadikan berbagai sebab untuk memudahkan hamba tersebut kembali kepada-Nya, bahkan Dia Ta’ala mengampuni dosa-dosa dan kekurangan hamba tersebut, sehingga kembalilah kecintaan-Nya kepada hamba tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

About

Sample Text