Tampilkan postingan dengan label Informasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Informasi. Tampilkan semua postingan
Minggu, 20 Juli 2014
Selasa, 17 Juni 2014
Pembukaan Kultum
'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyayyiati a’malina,
may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah.
Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.
Kamis, 12 Juni 2014
Keutamaan Surat Al Fatihah
Surat
Al Fatihah termasuk dalam surat makkiyah yaitu surat yang diturunkan di
Mekkah. Surat Al Fatihah merupakan surat pertama dalam Al Qur an atau
disebut sebagai surat pembuka. Surat Al fatihah Terdiri dari atas 7
ayat. Hafal terhadap surat Al Fatihah merupakan kewajiban seorang
setiap orang yang mengerjakan ibadah sholat, baik ketika sholat sendiri,
atau sebagai makmum ataupun sebagai Imam harus mengerti dan paham Surat
Alfatihah. Karena jika tidak membaca surat Al Fatihah maka sholatnya
tidak sah.
Nabi kita, sang suri tauladan kita yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ
ثَلاَثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ
وَرَاءَ اْلإِمَامِ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ فَإِنِّيْ
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ
اللهُ تَعَالَى: قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ
نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
Artinya :
“Barangsiapa
yang melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah)
di dalamnya, maka sholatnya kurang (3x), tidak sempurna”. Abu Hurairah
ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang imam”. Beliau berkata,
“Bacalah pada dirimu (yakni, secara sirr/pelan), karena sungguh aku
telah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Allah -Ta’ala- berfirman, “Aku telah membagi Sholat (yakni, Al-Fatihah)
antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan
sesuatu yang ia minta”. [HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy
(2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838)]
Terjemahan Surat Al Fatihah Lengkap dengan Maknanya
Bagi
kamu yang ingin memahami surat Al Fatihah lebih dalam, di bawah ini
kami sajikan surat Al Fatihah dalam bahasa arab dan juga latin lengkap
dengan terjemahan dan penjelasan makna lebih dalam. Semoga Alloh SWT
mengizinkan kita memahami ayat-ayat suci di bawah ini :
Latin : Bismillah Hirrahman Nirrahim
Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Maksud
dari ayat pertama ini adalah : saya memulai membaca al-Fatihah ini
dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya
dimulai dengan menyebut asma Allah, mulai dari pekerjaan ringan seperti
makan, minum, bepergian, belajar, dan sebagainya. Allah adalah nama zat
yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak
membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar-Rahmaan
(Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa
Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar-Rahiim (Maha
Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah
yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
Latin : Alhamdu lillaahi rabbil aalamiina
artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Maksud
ayat kedua surat Al Fatihah adalah : Alhamdu (segala puji). Memuji
orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan
kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena
perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti:
mengakui keutamaan seseorang terhadap ni’mat yang diberikannya. Kita
menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari
segala kebaikan yang patut dipuji.
Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan
yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafadz “rabb”
tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya,
seperti rabbul bait (tuan rumah). ‘Alamiin (semesta alam): semua yang
diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti:
alam manusia,alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan
sebagainya. Allah pencipta semua alam-alam itu.
Latin : Arrahmaanirrahiim
Artinya : Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Untuk
ayat ketiga dalam surat Al FAtihah ini maksudnya hampir sama dengan
ayat pertama, Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang
memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada
makhluk-Nya, sedang ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa
Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan
rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
Latin : Maaliki yawmiddiin
Artinya : Yang menguasai di Hari Pembalasan
Maalik (Yang Menguasai) dengan memanjangkan “mim”, yang berarti:
pemilik. Dapat pula dibaca dengan (dengan memendekkan mim), artinya:
Raja.
Yaumiddin (hari pembalasan): hari yang di waktu itu
masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun
yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab,
yaumuljazaa’ dan sebagainya.
Latin : Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta’iin
Artinya : Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Na’budu diambil dari kata ‘ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang
ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang
disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang
mutlak terhadapnya.
Nasta’iin (minta pertolongan), terambil
dari kata isti’aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Latin : ihdinaash shiraathaal mustaqiim
Artinya : Tunjukilah [8] kami jalan yang lurus,
[8]
Ihdina (tunjukilah kami), dari kata “hidayaat”: memberi petunjuk ke
suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar
memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Latin : shiraathalladziina an’amta ‘alayhim ghayril maghdhuubi ‘alayhim walaadhdhaalliin
Artinya
: (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat. Yang dimaksud dengan “mereka yang dimurkai” dan “mereka yang sesat” ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Beberapa Keutamaan Suratul Fatihah..
- Rasulullah SAW. bersabda: “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, 26-27, surat dan ayat itu bergelantung di Arasy dan tidak ada hijab dengan Allah. Surat dan ayat itu berkata: Ya Rabbi, Kau akan turunkan kami ke alam dosa dan pada orang yang bermaksiat kepada-Mu, sementara kami bergelantung dengan kesucian-Mu. Allah SWT. berfirman: “Tidak ada seorang pun hamba yang membaca kalian setiap sesudah shalat kecuali Aku karuniakan padanya lingkaran kesucian di tempat ia berada, dan Aku memandangnya dengan mata-Ku yang tersembunyi setiap hari tujuh puluh kali pandangan. Jika tidak, Aku tunaikan baginya setiap hari tujuh puluh hajat yang disertai pengampunan. Jika tidak, Aku melindungi dan menolong-nya dari semua musuhnya. Dan tidak ada yang mengha-langinya untuk masuk ke surga kecuali kematian.” (Tafsir Majmaul Bayan 1/426)
- Rasulullah SAW. bersabda bahwa Allah SWT. berfirman: “Aku membagi surat Al-Fatihah antara Aku dan hamba-Ku, separuh untuk-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku. Bagi hamba-Ku ketika ia bermohon dan membaca: Bismillahir Rahmanir Rahim, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Hamba-Ku telah memulai dengan nama-Ku, maka berhaklah Aku untuk menyempurnakan urusannya dan memberikan keberkahan dari sisi-Ku untuk seluruh.keadaannya.” Ketika hamba-Ku membaca: Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah memuji-Ku, mengakui bahwa semua nikmat yang dimilikinya berasal dari sisi-Ku, dan semua bala’ Aku yang menyingkirkan sehingga ia merasakan itu sebagai karunia. Maka, hendaknya kalian saksikan, Aku akan menjamunya dengan kenikmatan akhirat lebih dari kenikmatan dunia yang telah Kuberikan, dan menyingkirkan bala’ akhirat sebagaimana Aku telah menyingkirkan bala’ dunia.” Ketika hamba-Ku membaca: Ar-Ramânir Rahîm, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah bersaksi bahwa Aku Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalian saksikan, Aku akan melimpahkan rahmat-Ku padanya dan mencurahkan karunia-Ku padanya.” Ketika hamba-Ku membaca: Maliki yawmiddîn, Allah SWT. menyatakan: Kalian saksikan, sebagaimana ia telah mengakui Aku sebagai Raja pada hari kiamat, Aku akan memberikan kemudahan baginya yaitu amalnya tidak dihisab, dan Aku akan mengampuni semua kesalahannya.” Ketika hamba-Ku membaca: Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’in, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Dia hanya memohon pertolongan kepada-Ku dan hanya bersandar kepada-Ku. Kalian saksikan, Aku akan menolongnya dalam segala urusannya, Aku akan melindungi-Nya dalam segala deritanya, dan Aku akan memegang tangannya saat ia membutuhkan pertolongan.” Ketika hamba-Ku membaca: Ihdinash shirâthal mustaqîm … (sampai akhir surat), Allah Jalla jalaluh menyatakan: Hamba-Ku telah bermohon pada-Ku, Aku pasti mengijabah permohonan hamba-Ku, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/5)
- Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Fatihah, Allah mengkaruniakan kepadanya pahala sama dengan pahala membaca suluruh ayat yang diturunkan dari langit.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)
- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berakata: “Iblis menangis dan menjerit dalam empat hal: ketika ia dilaknat, ketika ia diturunkan ke bumi, ketika Muhammad diangkat men-jadi Rasul, dan ketika surat Al-Fatihah diturunkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)
Keutamaan Surat Al Ikhlas
Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah
sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti
dari surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah
tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman
Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai
slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.
- Rasulullah SAW. bersabda: …”Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash tiga kali, ia seperti membaca seluruh Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).
- Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang melewati kuburan dan membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali, kemudian ia menghadiahkan pahalanya kepada penghuni kubur, Allah SWT memberikan pahala padanya sejumlah penghuni kubur.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).
- Imam Ja`far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan tinggalkan membaca surat Al-Ikhlash sesudah shalat fardhu, karena orang yang membacanya Allah akan menggabungkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, mengampuni dosanya, dosa kedua orang tuanya dan dosa anaknya”. (Mafatihul Jinan 478)
- Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali sesudah shalat Subuh, maka pada hari itu ia tidak akan ditakutkan oleh dosa walaupun setan berusaha keras untuk menggodanya.” (Mafatihul Jinan 77).
- Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Aku mimpi melihat Hidhir (AS.) pada malam besoknya perang Badar. Aku berkata padanya: ajarkan padaku sesuatu yang dapat menolongku dari musuh-musuhku. Hidhir (as) berkata: bacalah: Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa. Pagi harinya aku ceritakan kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Ali, engkau telah mengetahui Ismul A’zham (nama Allah yang paling agung).” Kemudian Ismul A’zham itu mengalir di lisanku pada hari perang Badar. Perawi hadis ini mengatakan: Imam Ali (sa) membaca surat Al-Ikhlash kemudian membaca:
يَا هُوَ يَا مَنْ لاَ هُوَ اِلاَّ هُوَ، اِغْفِرْلِي وَانْصُرْنِي عَلَى الْكَافِرِيْنَ
Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa, ighfirlî wanshurnî ‘alal kâfirîn.Wahai Dia yang tiada dia kecuali Dia, ampuni aku dan tolonglah aku menghadapi
orang-orang kafir. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/700)
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an.
Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah
ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam
semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Ali
menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi
karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali
dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini,
keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an
sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.
Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
Keutamaan lain
- Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
- Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.
- Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.
Keutamaan Surat Al Falaq
- Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang ingin memperoleh penjagaan Allah dari orang yang bermaksud buruk, hendaknya ketika melihat orang itu memohon perlindungan dengan kekuatan Allah Azza wa Jalla dari kekuatan makhluk-Nya, kemudian membaca surat Al-Falaq dan ayat yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya SAW.: Fain tawallaw faqul hasbiyallâhu lâ ilâha illâ Huwa, ‘alayhi tawakkaltu wa Huwa Rabbul ‘arsyil ‘azhîm (At-Taubah: 129), niscaya Allah menyelamatkan ia dari tipu daya setiap penipu, makar setiap pemakar, dan kedengkian setiap orang yang dengki.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/717).
- Imam Muhammad Al-Baqir (sa)1) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Falaq dan An-Nas, ia seperti membaca seluruh kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)
- Imam Musa Al-Kazhim (sa)2) berkata: “Tidak ada seorang pun yang membacakan pada anak kecil setiap malam: surat Al-Falaq dan An-Nas masing-masing (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) atau (50 kali), kecuali Allah menyingkirkan darinya setiap penyakit atau derita anak kecil: kehausan, penyakit lambung dan darah, sampai ia berusia remaja. Jika sesudah remaja ia membacanya sendiri, maka ia akan dijaga oleh Allah Azza wa Jallah sampai hari wafatnya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)
- Imam Ali Ar-Ridha (sa) 3) berkata bahwa beliau pernah melihat orang yang sedang pingsan. Beliau menyuruh mengambilkan gelas yang diisi air. Kemudian beliau membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Falaq dan An-Nas, kemudian meludahi/meniup gelas itu, lalu menyuruh menyiramkan/mengusapkan air itu pada kepala dan wajahnya. Orang yang pingsan itu sadar dan bangun. Imam berkata kepadanya: “Insya Allah penyakit itu tidak akan kembali lagi kepadamu selamanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/718)
Kesimpulan:
- Surat ini adalah surat yang utama, dan dianjurkan dibaca setelah shalat, sebelum dan sesudah tidur, dalam dzikir pagi dan sore, juga dalam ruqyah.
- Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan secara umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering terjadi, lebih samar atau karena mengandung bahaya yang lebih.
- Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.
- Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.
- Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari berbagai kejahatan.
- Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan menghayati ajaran Islam.
(( أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ؟))
“Tahukah engkau ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini, tidak
pernah ada yang menyerupainya sama sekali? Kemudian beliau mengatakan:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Sedangkan at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu hadits berikut,
((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَيْنِ الْجَانِّ وَعَيْنِ
الإِنْسِ, فَلَمَّا نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَ بِهِمَا, وَتَرَكَ
مَا سِوَى ذَلِكَ))
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari mata jahat jin dan manusia. Ketika turun al-Mu’awwidzatain, beliau memakainya dan meninggalkan yang lain. (dihukumi shahih oleh al-Albani)Kedua surat ini disunatkan dibaca setiap selesai shalat wajib. Dalam hadits lain, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
(( أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ))
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan saya untuk membaca al-Mu’awwidzat tiap selesai shalat.” (HR. Abu Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)Disunatkan juga membacanya sebelum dan sesudah tidur, sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Uqbah yang lain:
(( ياَ عُقْبَةُ ! اِقْرَأْ بِهِمَا كُلَّمَا نِمْتَ وَقُمْتَ، مَا سَأَلَ سَائِلٌ وَلاَ اِسْتَعَاذَ مُسْتَعِيْذٌ بِمِثْلِهِمَا))
“Wahai ‘Uqbah, bacalah keduanya setiap kamu tidur dan bangun.
Tidaklah seseorang bisa meminta atau berlindung dengan seperti
keduanya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah, dihukumi hasan oleh
al-Albani)Hadits-hadits shahih juga menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan membacanya pada dzikir pagi dan sore. Beliau juga membacanya saat meruqyah diri beliau saat sakit dan disengat kalajengking. Demikian juga malaikat yang meruqyah beliau saat disihir Labid bin al-A’sham.
Tafsir Surat al-Falaq
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu Subuh.”Dalam bahasa Arab, al-falaq berarti sesuatu yang terbelah atau terpisah. Yang dimaksud dengan al-falaq dalam ayat ini adalah waktu subuh, karena makna inilah yang pertama kali terdetik dalam benak orang saat mendengar kata al-falaq. Ia disebut demikian karena seolah-olah terbelah dari waktu malam.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berlindung (isti’adzah) kepada Allah semata. Isti’adzah termasuk ibadah, karenanya tidak boleh dilakukan kepada selain Allah. Dia yang mampu menghilangkan kegelapan yang pekat dari seluruh alam raya di waktu subuh tentu mampu untuk melindungi para peminta perlindungan dari semua yang ditakutkan.
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.”Ayat yang pendek ini mengandung isti’adzah dari kejahatan semua makhluk. Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Jahannam dan iblis beserta keturunannya termasuk apa yang telah Dia ciptakan.” Kejahatan diri kita sendiri juga termasuk di dalamnya, bahkan ia yang pertama kali masuk dalam keumuman kata ini, sebagaimana dijelaskan Syaikh al-’Utsaimin. Hanya Allah yang bisa memberikan perlindungan dari semua kejahatan, karena semua makhluk di bawah kekuasaanNya.
Setelah memohon perlindungan secara umum dari semua kejahatan, kita berlindung kepada Allah dari beberapa hal secara khusus pada ayat berikut; karena sering terjadi dan kejahatan berlebih yang ada padanya. Di samping itu, ketiga hal yang disebut khusus berikut ini juga merupakan hal-hal yang samar dan tidak tampak, sehingga lebih sulit dihindari.
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
“Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan.” Kata ghasiq berarti malam, berasal dari kata ghasaq yang berarti kegelapan. Kata kerja waqaba mengandung makna masuk dan penuh, artinya sudah masuk dalam gelap gulita.
Kita berlindung dari kejahatan malam secara khusus, karena kejahatan lebih banyak terjadi di malam hari. Banyak penjahat yang memilih melakukan aksinya di malam hari. Demikian pula arwah jahat dan binatang-binatang yang berbahaya. Di samping itu, menghindari bahaya juga lebih sulit dilakukan pada waktu malam.
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada tali-tali ikatan.”Para tukang sihir biasa membaca mantra dan jampi-jampi, kemudian mereka tiupkan pada tali-tali yang di ikat. Inilah yang di maksud dengan ruqyah syirik. Sihir merupakan salah satu dosa dan kejahatan terbesar, karena disamping syirik, ia juga samara dan bisa mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Karenanya kita berlindung secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.
Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats (feminin) dikarenakan jenis sihir ini yang paling banyak melakukannya adalah wanita. Dalam riwayat tentang sihir Labid bin al-A’sham yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang menghembus pada tali-tali.
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”Dengki (hasad) adalah membenci nikmat Allah atas orang lain dan menginginkan hilangnya nikmat itu darinya. Yang dimaksud dengan ‘apabila ia dengki’ adalah jika ia menunjukkan kedengkian yang ada di hatinya dan karenanya terbawa untuk membahayakan orang yang lain. Kondisi yang demikianlah yang membahayakan orang lain. Orang yang hasad akan menempuh cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan keinginannya. Hasad juga bisa menimbulkan mata jahat (‘ain) yang bisa membahayakan sasaran kedengkiannya. Pandangan mata dengkinya bisa mengakibatkan orang sakit, gila, bahkan meninggal. Barang yang dilihatnya juga bisa rusak atau tidak berfungsi. Karenanya, kitapun berlindung kepada Allah dari keburukan ini secara khusus.
Ada juga orang dengki yang hanya menyimpan kedengkiannya dalam hati, sehingga ia sendiri gundah dan sakit hati, tapi tidak membahayakan orang lain, sebagaimana dikatakan Umar bin Abdil Aziz: “Saya tidak melihat orang zhalim yang lebih mirip dengan orang terzhalimi daripada orang yang dengki.”
Jadi, untuk melindungi diri dari semua kejahatan kita harus menggantungkan hati kita dan berlindung hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa, dan membiasakan diri membaca dzikir yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini adalah salah satu wujud kesempurnaan agama Islam. Kejahatan begitu banyak pada zaman kita ini, sementara banyak umat Islam yang tidak tahu bagaimana cara melindungi diri darinya. Adapun yang sudah tahu banyak yang lalai, dan yang membacanya banyak yang tidak menghayati. Semua ini adalah bentuk kekurangan dalam beragama. Andai umat Islam memahami,mengamalkan dan menghayati sunnah ini, niscaya mereka terselamatkan dari berbagai kejahatan.
Keutamaan Surat An-Nas
Pendahuluan
Keutamaan surat An Naas. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah (turun sebelum hijrah)
menurut pendapat para ulama di bidang tafsir, diantaranya Ibnu Katsir
Asy Syafi’i dan Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’dy. Surat An Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat
yang mengandung permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat Al
Falaq. Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi diantara
surat-surat yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya
yaitu Al Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (H.R Muslim
no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944)
Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk membentengi dari pandangan jelek jin maupun manusia. (HR. At Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu)
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua
surat ini dan surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan
wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat
‘Uqbah bin ‘Amir membawakan hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (HR. Abu Dawud
no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.
1514)
Beberapa Keutamaan
Beberapa Keutamaan
- Al Mu’awwidzat untuk wirid/dzikir di waktu pagi dan sore. Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Dawud no. 4419, An Naasaa’i no. 5333, dan At Tirmidzi no. 3399)
- Al Mu’awwidzat disunnahkan dibaca sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalu meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh anggota badan, sebanyak tiga kali. (HR. Al Bukhari 4630
- Al Mu'awwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al Muawwidzat tersebut. (HR. Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195
- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata bahwa Rasulullah SAW. mengadu karena sakit yang dideritanya. Kemudian Jibril AS. datang kepadanya, dan Mikail berada di dekat kakinya. Kemudian Jibril memohonkan perlindungan untuknya dengan surat Al-Falaq, dan Mikail memohonkan perlindungan untuknya dengan surat An-Nas.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)
- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). berkata bahwa: “Jibril datang kepada
Rasulullah SAW. ketika sedang mengadu karena sakit, lalu Jibril
meruqiyah (mengobati)nya dengan surat Al-Falaq, An-Nas dan Al-Ikhlash.
Jibril berkata: Dengan nama Allah aku ruqiyah kamu, Allah pasti
menyembuhkan kamu dari segala penyakit, ambillah surat ini niscaya ia
akan memberi kamu ketenangan dan kesembuhan. Kemudian Nabi SAW.
membacanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)
Sejarah Al-Qur'an
Pendahuluan
Al-Qur'an
adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad
SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya
terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Bagian-bagian Al-Qur'an
Al-Qur'an
mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat,
yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr,
Al-Kautsar, dan An-Nashr. Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di
Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah
ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah
pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata
pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin,
Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang
tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk
memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an
dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di
bagian pinggir Al-Qur'an). Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat
dengan tanda-tanda ar-rub' (seperempat), an-nisf (seperdua), dan
as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya
Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas
beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah
pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang
pendek hanya berisi satu ruku'. Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan
Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal
walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".
Sejarah Turunnya Al-Qur'an
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
- Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
- Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
- Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng. Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
- Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap
kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat
mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan
Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat
Jibril. Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode
Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW
melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut
ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
Kedua
adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah
(622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat
Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah : Ayat-ayatnya pendek-pendek,
Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs (wahai manusia),
Kebanyakan
mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan
neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi),
Madaniyyah : Ayat-ayatnya panjang-panjang
Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman)
Kebanyak
tentang hokum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah
(muhajirin) dan kaum penolong (anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.
Ayat
Al-Qur'an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama
surat Al-'Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua
yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan
(6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.
Kodifikasi Al-Qur'an
Kodifikasi
atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW,
bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW
membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan
untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka. Disamping menyuruh mereka
untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga
memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah
kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.
Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi
SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an.
Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an juga
dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur'an yang
dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur'an sempurna
diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Untuk
menjaga kemurnian Al-Qur'an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW
untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW
dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah
diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal
yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian
terpeliharalah Al-Qur'an dari kesalahan dan kekeliruan.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur'an
Pada
masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal
Al-Qur'an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang
menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa'ad, Huzaifah, Abu
Hurairah, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah
bin Abbas, Amr bin As, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair,
Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka'b,
Mu'az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.
Adapun
sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'b, Mu'awiyah bin Abu
Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.
Tulisan
ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah
Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu
tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang
dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur'an menjadi satu mushaf baru
dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah
SAW wafat.
Belajarlah Al-Qur'an
Al Qur’an penuh berkah firman Allah swt yang terjemahannya : "Artinya
: Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" [Shaad : 29]
Al Qur’an penuh berkah firman Allah swt yang terjemahannya : Artinya
: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk dipelajari, maka
adakah orang yang mau mempelajari?” [Al-Qamar:17,22,32]
"Artinya : Yang paling baik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya" [HR.Bukhari dalam Shahih-nya]
“Artinya
: Balajarlah Al-Qur’an. Sesungguhnya perumpaan Al-Qur’an bagi yang
belajar, membaca, dan mengamalkannya, bagaikan wadah yang dipenuhi
minyak kesturi yang semerbak baunya di setiap tempat” [HR. Tirmidzi dalam Al-Matjar Al- Rabih hadits no.1102]
"Artinya
: Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid)
sambil membaca Al-Qur’an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya
akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka,
para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada
makhluk-mahkluk yang ada di sisiNya" [HR. Muslim no. 2699]
Dan
banyak keutamaan lain yang akan panjang jika ditulis semua. Semoga bisa
menjadi penggugah hati untuk kembali belajar, mengkaji, menghafal dan
mengamalkan Al-Qur’an.
Huurun ‘iin
Pendahuluan
Firman Allah swt artinya :
“Dan
(di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana
mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan bagi apa yang telah mereka
kerjakan.” (Al Qur’an Surat Al-Waaqi’ah, ayat : 22-24)
Sebuah
kehidupan di Jannah yang penuh dengan kenikmatan yang tiada tara . Air
yang terpancar dari mata air Kafur, Tsanim dan Salsabil serta
sungai-sungai yang mengalirkan air susu. Kemudian, para
gadis yang elok nan rupawan berdiam diri di dalam istana-istana surga,
mereka tak kan pernah keluar melainkan menunggu para calon suaminya yang
beriman ketika di dunia. Kecantikan, keindahan tubuh, keanggunan dan
segala kelebihan yang dimilikinya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata,
tak mampu untuk digambarkan dengan pena-pena kita. Gadis perawan itu terjaga kesuciannya, tak pernah tersentuh oleh tangan-tangan jahil baik dari kalangan manusia maupun jin. Mereka adalah para wanita surga atau yang lebih kita kenal dengan nama BIDADARI.
Gambaran
tentang surga dan neraka, malaikat dan bidadari, merupakan sesuatu yang
termasuk ke dalam perkara ghoibiah. Kita mengimaninya berdasarkan
informasi yang diberikan melalui firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Karakteristik Sang Bidadari
Mengenai
bidadari itu sendiri, kita mengetahuinya sesuai dengan yang
diinformasikan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di antara khabar itu adalah
karakter sang bidadari, inilah karakter yang dimiliki oleh wanita surga
itu yaitu Cantik dan Berakhlak baik. Sekali
lagi, siapa pun tak dapat menggambarkan kecantikannya. Jangankan untuk
itu, sekadar mengkhayalkannya saja kita tak berdaya.
Firman Allah swt artinya :
- “Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan” (Surat Ar-Rahmaan, ayat : 58)
- “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik” (Surat Ar-Rahmaan, ayat : 70)
- “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit di dalam rumah.” (Surat Ar-Rahmaan ayat : 72)
Sabda Nabi Muhammad saw artinya : Ath-thabrani
meriwayatkan dalam kitab Mujamnya dari Ummu Salamah, dia berkata :
“Wahai Rasulullah, tolong terangkan kepadaku tentang firman Allah :
‘Huurun ‘iin”, Rasulullah berkata : “Huurun ‘iin artinya mata yang indah
dan jeli.” Aku berkata lagi “Wahai Rasulullah, tolong terangkan kepadaku tentang firman-Nya : ‘Kaamtsaalil lu’lu’il maknun.” Rasulullah berkata : “Artinya bersih sebersih mutiara yang tak pernah disentuh tangan.” Aku
berkata lagi : “Wahai Rasulullah, tolong terangkan kepadaku tentang
firman-Nya: ‘Fii hinna khoiroot hisaan”. Rasulullah berkata : “Baik
akhlaknya dan cantik wajahnya.” Aku berkata lagi : “Tolong terangkan
kepadaku tentang firman-Nya : ‘Kaannahunna baidhun maknuun”. Rasulullah
berkata : “Kelembutan kulit mereka seperti kulit yang ada di bagian
dalam kulit telur.” Aku berkata lagi : “Wahai Rasulullah, tolong terangkan kepadaku tentang firman-Nya : ‘Uruban atrooban”. Rasulullah berkata : “Mereka yang di dunia sudah tua renta, di surga menjadi gadis-gadis yang sebaya.” (Hadits
ini diriwayatkan oleh Thabrani, dari Bakar bin Sahl Ad-Dimyathi, dari
Umar bin Hasyim Al-Hassan, dari Hasan, dari bapaknya, dari Ummu Salamah,
dia berkata : “Aku mengingatnya.”)
Itulah
gambaran tentang karakteristik dari bidadari surga. Di samping itu juga
ada karakteristik khusus yang tak dimiliki oleh wanita dunia, di antara
karakteristik khusus wanita surga itu adalah “Suci dan disucikan”,
sebagaimana firman Allah SWT, “Dan untuk mereka di dalamnya ada
istri-istri yang suci.” (Surat Al-Baqarah, ayat : 25). Mereka tidak
memiliki sejumlah kotoran atau mengalami proses sekresi seperti halnya
wanita dunia, misalnya haidh, nifas, buang air kecil atau buang air
besar, ludah, dahak, peluh, serta kentut, baik yang berbunyi maupun
tidak.
Penuh Cinta, dalil yang berkenaan dengan ini adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Waaqi’ah, ayat : 37, “Penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
Gadis Abadi,
Firman Allah swt artinya : Diterangkan maksud dari gadis-gadis remaja
yang sebaya adalah mereka tidak pernah mengenal uban atau tua, bahkan
setiap pekan mereka akan bertambah cantik dan menawan (Surat An-Naba,
ayat : 33)
Tidak Mata Keranjang.
Firman Allah swt artinya : Dan hanya tinggal di dalam rumah. Inilah
yang seharusnya menjadi kaca perbandingan bagi setiap mu’minah, sang
bidadari begitu extra dalam menahan pandangan dan tidak pernah keluar
dari istananya (Surat Ar-Rahmaan, ayat : 56)
Tubuhnya wangi dan bercahaya.
Dalam riwayat Bukhari dalam Kitab Shahihnya, Rasulullah SAW bersabda,
“Seandainya salah seorang dari wanita surga menampakkan diri ke bumi,
niscaya akan bercahaya antara bumi dan langit dan niscaya antara bumi
dan langit itu dipenuhi dengan bau wangi. Tutup kepala wanita surga saja
lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” Diriwayatkan oleh Abu
Bakar bin Abi Dunya.
Do’a bidadari untuk para suami mereka di dunia,
dalam Kitab Maraasilnya, ‘Ikrimah meriwayatkan : “Sesungguhnya para
bidadari berdoa untuk para suami mereka saat para suami mereka masih
berada di dunia. Mereka berkata : “Ya Allah, tolonglah dia dalam
menjalankan agama; hadapkan dia dengan hatinya untuk taat kepada-Mu, dan
sampaikan dia kepada kami, demi kemuliaan-Mu, wahai Rabb Maha Penyayang
di antara semua yang penyayang.”
Wanita Dunia Bisa Lebih Baik Dari Bidadari Surga
Surga
adalah hak asasi atas muslim yang beriman dan beramal shalih. Surga
dipersembahkan khusus bagi hamba-Nya yang taat, baik dari kaum pria
maupun wanita. Begitu pula dengan seorang wanita jika ia
berniat untuk berhijrah menjadi seorang mukminah sejati. Perlombaan
untuk menjadi lebih baik dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya
adalah hak asasinya sebagai seorang hamba.
Dengan
melihat karakteristik sang bidadari, seharusnyalah hal tersebut menjadi
cermin bagi setiap wanita dunia. Bidadari adalah makhluk yang tercipta
mirip dengan bangsamu, wahai wanita, tapi ketahuilah engkau bisa lebih
baik dan lebih mulia darinya, Insya Allah. Ingatlah firman Allah dalam surat At-Tiin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.”
Di antara jalan yang dapat ditempuh adalah Menjaga Kesucian.
Jagalah permatamu, wahai mukminah, Janganlah kau umbar dan kau jual
dengan harga yang murah, apalagi harga itu adalah harga duniawi yang
kotor. Milikilah rasa penuh cinta. Tumbuhkanlah cinta itu hanya kepada
Allah serta mempersiapkan cintamu itu untuk seorang laki-laki yang akan
menjadi suamimu atau telah sah menjadi suamimu.
Referensi :
Ukhti Al-Muslimah Sabiiluki ilal Jannah. Karya : Itisham Ahmad Sharraf, Daar Al-I’tisham
Ensiklopedia Surga, Karya : Mahir Ahmad Ash-shufi, Pustaka Azzam Mu’minah, No. 8 Tahun I, 2006
Rabu, 11 Juni 2014
Nama-nama Surga
Pendahuluan
Surga
(Al-Jannah) adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan
segala macam kenikmatan, kesenangan, kelezatan, kemewahan, dan
kebahagiaan. Allah Swt. Menjadi -kan tempat ini bagi
hamba-Nya yang takwa. Antara lain diterangkan dalam surat Al-Baqarah
ayat 82 sbb : "Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, menjadi
penghuni surga. Kekallah mereka didalamnya."
Gambaran
tentang Surga di dalam Al-Qur'an antara lain sebagai berikut : surga
seluas langit dan Bumi (Al-Hadid:21), di dalamnya terdapat pohon-pohon
dan buah-buahan (Ar-Rahman:54,68, dan Al Waqi'ah :28,29,32-33), terdapat
istana-istana dan mengalir sungai-sungai dibawahnya (Al-Furqan:10),
tahta-tahta kebesaran dan ranjang-ranjang emas/ permata (Ash Safaat:44
dan Al Waqi'ah : 15), serta ditemani bidadari-bidadari (Ar-Rahman : 72
dan Ad Dukhan : 54)
Arti Surga
Arti kata surga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu :
Sur·ga
(1) alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yg hendak tinggal di
dalamnya; (2) kayangan tempat kediaman Batara Guru (Siwa); Surgaloka;
Dunia kenikmatan (kesenangan, kebahagiaan) yang diperoleh hanya selama masih hidup di dunia; kenikmatan duniawi; Jannah alam akhirat tempat jiwa (roh) manusia mengenyam kebahagiaan sebagai pahala perbuatan baiknya semasa hidup di dunia; surga jannat
Dalil tentang surga atau jannah yaitu :
Pohon di surga
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya
di dalam surga itu terdapat sebatang pohon di mana seorang pengendara
(harus) menempuh luas bayangannya selama seratus tahun.
Keridho’an Allah swt
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni surga: Hai penghuni surga! Mereka
menjawab: Kami penuhi seruan-Mu wahai Tuhan kami, dan segala kebaikan
ada di sisi-Mu. Allah melanjutkan: Apakah kalian sudah merasa puas?
Mereka menjawab: Kami telah merasa puas wahai Tuhan kami, karena Engkau
telah memberikan kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang
pun dari makhluk-Mu. Allah bertanya lagi: Maukah kalian Aku berikan yang
lebih baik lagi dari itu? Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami, apa yang
lebih baik dari itu? Allah menjawab: Akan Aku limpahkan keridaan-Ku atas
kalian sehingga setelah itu Aku tidak akan murka kepada kalian untuk
selamanya.
Melihat Gurhfah (tempat tinggi)
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya penghuni surga akan melihat
ghurfah (tempat yang tinggi) di surga sebagaimana kalian melihat bintang
di langit.
Rombongan pertama
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Abul
Qasim saw. bersabda: Sesungguhnya rombongan yang pertama kali memasuki
surga itu bagaikan bulan purnama, kemudian rombongan berikutnya seperti
bintang yang terang-benderang di langit. Masing-masing mereka
berpasangan dua orang yang sumsum betisnya terlihat dari dalam daging
dan di dalam surga tidak ada seorang pun yang tidak berpasangan.
Kemah-kemah di Surga
Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra.:
Dari
Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin mempunyai
sebuah kemah di dalam surga yang terbuat dari satu mutiara yang
berlubang, panjangnya enam puluh mil, dan orang seorang mukmin juga
memiliki keluarga di dalamnya yang akan ia kunjungi padahal sebagian
mereka tidak pernah melihat sebagian yang lain.
Penghuni surga setinggi Adam as
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Allah menciptakan Adam dalam bentuknya setinggi enam
puluh hasta. Setelah menciptakannya, Allah berkata: Pergilah dan
ucapkanlah salam kepada kelompok itu, yaitu beberapa malaikat yang
sedang duduk, dan dengarkanlah apakah jawaban mereka karena itulah
ucapan selamat untukmu dan keturunanmu. Maka Adam pergi menghampiri lalu
mengucapkan: "Semoga keselamatan menyertai kalian". Mereka menjawab:
"Semoga keselamatan dan rahmat Allah menyertai kalian". Mereka
menambahkan "rahmat Allah". Maka setiap orang yang memasuki surga itu
seperti bentuk Adam yang tingginya enam puluh hasta. Seluruh makhluk
setelah Adam terus berkurang tingginya sampai sekarang.
Nama-nama Surga atau Jannag di antaranya yaitu:
1. Jannatul Firdaus
Dijadikan dari emas yang merah.
Allah berfirman dalam Surat Al-Mukminun ayat : 1-11, dijelaskan bahwa
surga ini untuk orang-orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari
perbuatan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya,
memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya. Firman
Allah swt artinya : (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mukminun ayat : 11)
2. Jannatu 'adnin
Diciptakan dari intan putih.
Penghuninya yaitu orang yang bertakwa kepada Allah (Al Qur’an Surat An
Nahl ayat : 30-31), benar-benar beriman dan beramal saleh (Surat Thaha
ayat : 75-76), banyak berbuat baik (Surat Fathir ayat : 32-33), sabar,
menginfakkan hartanya, dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Surat Ar
Ra'ad ayat :22-23).
Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala, artinya, (Yaitu) surga 'Adnin
yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
sholeh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,
(sambil mengucapkan), "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu. (Al Qur’an Surat Ad Arod ayat : 23-24)
3. Jannatun Na'im
Dijadikan dari perak putih.
Diperuntukkan bagi orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan
beramal saleh (Al Qur’an Surat Al Qalam ayat : 34, Surat Luqman ayat :
8, Surat Yunus ayat : 9, dan Surat Al-Haj ayat : 56).
Firman
Allah swt, artinya : Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi
keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal
saleh adalah di dalam syurga yang penuh kenikmatan. (Surat Al-Haj ayat : 56).
4. Jannatul Ma'wa
Diciptakan dari jamrud hijau. Al-Mawa
artinya adalah tempat menetap sebagaimana firman Allah subhanahu
wataala dalam surat an-Najm di atas. Disebut demikian karena surga
merupakan tempat menetapnya orang-orang mukmin. Adalah tempat
orang-orang yang bertakwa kepada Allah (Surat An Najm ayat :15), beramal
saleh (Surat As Sajdah ayat : 19) serta takut kepada kebesaran Allah
dan menahan hawa nafsunya (Surat An Naziat ayat : 40-41). Firman Allah
swt, artinya : Di dekatnya ada syurga tempat tinggal (Al Qur’an Surat An
Najm ayat : 15)
5. Darus Salam
Diciptakan dari Yakut merah.
Penghuninya yaitu orang-orang yang kuat iman dan Islamnya,
memperhatikan ayat-ayat Allah, serta beramal Saleh (Surat Al An'am ayat :
27). Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala, artinya : Bagi mereka
(disediakan) Darussalam
(surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan
amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan. (Al Qur’an Surat Al An'aam
ayat 127)
Surga adalah Darussalam
(negri keselamatan) dari segala musibah, kecelakaan, dan segala hal
yang tidak disukai, dan dia merupakan negri Allah subhanahu wataala,
diambil dari nama Allah as-Salam.
Allah subhanahu wataala pun mengucapkan salam atas mereka, Di surga itu
mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta.
(Kepada mereka dikatakan), "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang. (Al Qur’an Surat Yaasin ayat : 57-58)
6. Darul Muqamah
Diciptakan dari permata putih.
Dihuni oleh orang-orang yang kuat iman Islamnya, banyak berbuat
kebajikan, dan jarang berbuat kesalahan. Sebagaimana firman Allah
subhanahu wataala, artinya, Dan mereka berkata:"Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami
dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada
merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". (Al Qur’an Surat Fathir ayat : 34-35)
7. Al Muqamul Amin
Diciptakan dari permata putih. Kediaman orang-orang yang bertakwa, firman Allah swt yang artinya : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman (Al Qur’an Surat Ad dukhan, ayat : 51).
8. Jannatul Khuldi
Diciptakan dari marjan merah dan kuning. Dihuni oleh orang-orang yang taat menjalan kan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya (Surat Al Furqaan ayat :15).
Karena
penduduknya kekal di dalamnya dan tidak akan berpindah ke alam (tempat)
lain. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Katakanlah, "Apakah
(azab) yang demikian itu yang baik, atau surga yang kekal yang
dijanjikan kepada orang- orang yang bertaqwa?" Surga itu menjadi balasan
dan tempat kembali bagi mereka. (Al Qur’an Surat Al-Furqan ayat: 15)
Catatan :
Jarak
antara tingkatan surga yang satu dengan yang lainnya diterangkan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Abi Said Al-Khudri : "Surga itu terdiri
dari seratus tingkat. Antara tingkat yang satu dengan yang lainnya
berjarak seperti antara Bumi dan langit. Dan tingkatan tertinggi adalah
surga Firdaus.".
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a., surga memiliki 8 pitu dari emas yang ditaburi mutiara. Pintu-pintu tersebut adalah :
-
Pintu untuk para Nabi, Rasul, syuhada, dan dermawan.
-
Pintu bagi orang-orang yang mendirikan sholat dengan menyempurnakan syarar rukunnya dan wudhunya.
-
Pintu buat orang-orang yang mengeluarkan zakat dengan kebersihan jiwa.
-
Pintu untuk orang-orang yang memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran.
-
Pintu orang-orang yang mencegah hawa nafsu dan kesyahwatan.
-
Pintu buat orang-orang yang menunaikan ibadah Haji dan umrah.
-
Pintu bagi para ahli Jihad (berjuang menegakkan agama Allah).
-
Pintu bagi orang-orang yang bertakwa, berbakti kepada orangtua, dan menyambung tali persaudaraan.
Langganan:
Postingan (Atom)