Ads 468x60px

...

Minggu, 29 Juni 2014

Tanda-tanda dicintai Allah

Diantara tanda cinta Allah pada hambaNya ialah Dia menjadikan hambaNya hamba yang shalih. Jika kita dapatkan diri kita menuju keshalihan, meski di titik awal keshalihan, tetapi kita selangkah maju menuju keshalihan itu. Maka itu adalah tanda cinta Allah .

Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci . Tetapi Dia tidak memberikan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia Cintai. Maka barang siapa diberikan (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai olehNya ( HR. Imam Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi)

Hikmah Shoum Romadhon

HIKMAH KEUTAMAAN DAN TARGET IBADAH

SHAUM RAMADHAN MUBAROK

 Oleh, Prof. Dr. KH. Sofyan Sauri, M.Pd
Pembuka Kata

Sabda Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam : “Setiap amal anak Adam kebaikannya akan dilipat gandakan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat, dan sampai sekendak Allah. Allah berfirman: kecuali pahala shaum, maka sesungguhnhya shaum itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Seseorang meninggalkan keinginan syahwatnya dan makannya karena-Ku. Bagi yang berpuasa ada dua kegembiraan; satu disaat ia berbuka puasa dan kedua disaat bertemu dengan Rob-nya. Sungguh bau mulut yang sedang berpuasa, lebih harum di sisi Allah dari pada harumnya minyak kasturi (wangi)” (HR Ibnu Majah)

Wajah umat Islam yang beriman terlihat ceria bangga penuh bahagia, tatkala menunaikan ibadah shaum Ramadhan yang penuh rahmat, maghfiroh dan itqu niraan (terbebas dari api neraka). Kegembiraan itu diungkapkann dengan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan panjang umur dapat bertemu kembali dengan bulan yang sangat istimewa. Silaturahmi menjelang dan saat shaum Ramadhan menjadi wujud memperkuat tali hubungan silaturahmi sesama umat Islam dan  lebih dekat lagi dengan sanak keluarga, ucapan kalimat yang manis penuh makna teungkap Marhaban Yaa Ramadhan, dan banyak lagi amalan lainnya dengan penuh pengharapan kepada Allah.

Harapan orang beriman pada bulan ini, adalah ingin shaum hari ini bulan ini dan tahun ini lebih baik dari hari-hari yang lalu, dan hari besok lebih baik dari hari ini. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw,. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan hari kemarin, berarti orang merugi dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka (Al Hadist).

Upaya yang wajib dilakukan umat Islam yang beriman agar meraih derajat yang beruntung, adalah jadikanlah bulan Ramadhan tahun sekarang ini sebagai bulan latihan, pembinaan, tolabul ilmi, belajar, silaturahmi, sodaqoh, amal saleh, dsb.,  Nabi kita Muhammad saw, memerintahkan kepada umatnya agar umat ini memiliki profesi dalam kehidupannya, yakni “Kun aliman, mutaalliman, au mustamian au muhibban wala takun khosmisan fatahlik. Artinya  jadilah kamu guru (orang yang berilmu), murid (orang yang butuh ilmu), pendengar yang baik, dan cinta ilmu, dan jangan menjadi yang kelima yakni tidak berilmu, tidak menajadi murid, tidak menjadi pendengar yang baik, tidak mencintai ilmu, dan itu adalah celaka.


Pokok Bahasan

Hikmah diwajibkannya Shaum Ramadhan adalah :
  1. Tajdidul iman wataqwiyatuhu (menyegarkan kembali keimanan dan menguatkannya). Dengan menjalankan ibadah shaum Ramadhan  insyaallah keimanan akan segar dan juga dikuatkan oleh Allah swt. Nabi Muhammad SAW bersabda Sesungguhnya iman dalam hati kadang lapuk seperti lapuknya pakaian maka segarkanlah iman kamu sekalian.
  2. Tahdzibu an nafsi (melatih mengendalikan nafsu). Nafsu merupakan dorongan dari dalam diri yang sangat berpengaruh kepada perbuatan sehari-hari. melakukan pekerjaannya yang baik, atau yang buruk. Menurut ulama mutaqoddimiin bahwa ada tiga pengelompokkan nafsu, yakni nafsu lawwamah (labil), nafsu ammarah bissui (jahat) dan nafsu  muthmainnah (tenang)
  3. Talyinul masyair (memperhalus perasaan). Seorang mukmin bersaum dengan berupaya meninggalkan yang membatalkan dan mengurangi pahala shaum. Menahan tidak makan tidak minum dan tidak  hubungan seksual suami istri saat shaum, sambil menahan tidak membicarakan kejeleken orang lain, memfitnah, gibah, seharusnya tangan,  kaki, mata, telinga shaum dst. Dengan menghidari hal-hal yang merusak pahala shaum. Amalan ini hanya dapat diikuti oleh orang yang benar-benar menunaikan ibadah shaum dengan landasannya iman dan sepenuhnya mengharapkan keridoan Allah. Saat lapar ingat kepada fakir miskin yang makannya sangat-sangat terbatas. Shaum merupakan ibadah yang dapat memiliki perasaan halus, penuh kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak yatim, fakir miskin.
  4. Kasru asysyahwati (menekan arus syahwat). Nafsu birahi sangat mungkin muncul pada setiap manusia. Dorongan seksual pada manusia itu kuat sekali. Ada ulama mutaqoddimiin menggambarkan betapa bahayanya nafsu seksual manusia. Nafsu birahi yang tidak  terkendali dapat menjadikan seseorang terjerumus kepada prostitusi dan pelecehan seksual yang kadang membuat rumah tangga hancur berantakan. Ibadah shaum Ramadhon insyaallah akan dapat menekan nafsu birahi.

Keutamaan shaum Ramadhan adalah:
  1. Diampuninya dosa. Nabi Muhammad saw, bersabda “Barang siapa bershaum Ramadhan atas dasar keimanan dan karena Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu” (HR. Bukhori). Alangkah beruntungnya orang berpuasa dasarnya iman, yakni menunaikan ibadah shaum itu karena percaya, yakin  seyakin-yakinnya bahwa ibadah ini perintah dari Allah yang penuh kasih dan sayang. Saat menjalankannya selalu merasa dilihat, ditatap, diperhatikan oleh Robbnya, segala ucapannya perbuatannya dan tindakkannya berupaya untuk sesuai dengan uswah Nabi Muhammad saw penuh pengharapan ridha Allah swt.
  2. Dikabulkannya do’a. dalam hal ini Nabi Muhammad saw, bersabda “Ada tiga golongan manusia yang tidak akan ditolak do’anya, yaitu imamun a’dilun (pemimpin yang adil atau bijaksana) baik pemimpin di rumah tangga, seperti suami, istri, dan diluar rumah tangga dikantor swasta atau pemerintahan dsb. Yang bershaum sampai ia buka, dan doa’nya yang di dzolimi (HR Ibnu Majah)
  3. Dilipatgandakan pahala kebaikannya. Nabi Muhammad saw. Bersabda “Setiap amal anak Adam kebaikannya akan dilipat gandakan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat, sampai sekehendak Allah swt. Allah berfirman kecuali pahala shaum, maka sesungguhnya shaum itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Sesorang meninggalkan syahwatnya dan makannya karena-Ku. Bagi yang berpuasa ada dua kegembiraan; satu saat ia berbuka shaum dan disaat bertemu Robb-nya. Sungguh bau mulut yang sedang berpuasa, lebih harum di sisi Allah dari pada harumnya minyak kesturi (wangi) (HR Ibnu Majah).
  4. Mencapai derajat Taqwa. Adapun yang menjadi target dalam menjalankan ibadah Shaum Ramadhan adalah la’allakum tattaquun (agar kamu menjadi orang yang bertaqwa). Adapun ciri orang bertaqwa orang yang selalu hati-hati dalam  qaulun (ucapan),  fi’lun  (perbuatan) dan takrirun (tindakannya). Hasan Al Basyri pernah mengungkapkan bahwa ciri orang muttaqin adalah “Teguh dalam keyakinan, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya di depan umum, jelas syukurnya dikala beruntung, qonaah dalam pembagian rizqi, senantiasa berhias walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros walaupun kaya, murah hati dan murah tangan, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, serta terpelihara identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya dan menahan hak orang lain, kalau ditegur ia menyesal, kalau bersalah ia istighfar, bila dimaki ia tersenyum sambil berkata, jika makian anda benar, maka aku bermohon semoga Tuhan mengampuniku, dan jika makian anda keliru, maka aku bermohon semoga Tuhan mengampunimu.  Dan masih banyak ciri muttaqiin pada ayat suci Al Quran dan hadits nabi, semoga dapat meraihnya.
Penutup Kata

Demikian Hikmah Shoum Romadhon dan keutamaan Shoum Romadhon. Semoga kita dapat mencapai derajat Taqwa. Amin Ya Robbal Alamin. Tulisan ini dibuat pada tanggal 2 Romadhon 1435 Hijriah.


Keutamaan Ibadah Shoum Romadhon

Pembuka Kata

Ibadah Shoum merupakan bentuk taqarrub kepada Allah yang terpenting di bulan Romadhon. Shoum Romadhon adalah kewajiban seorang muslim kepada Penciptanya, salah satu pilar keislamannya yang harus ditegakkan. Karena ibadah ini adalah Allah mengistimewakan bulan Romadhon dari sebelas bulan yang lainnya. Ibadah yang sangat penting ini memiliki banyak sekali keutamaan. Berikut adalah beberapa keutamaan shoum di bulan Romadhon yang penting untuk selalu kita hadirkan ketika kita melaksanakan ibadah yang mulia ini. Mudah-mudahan dengan senantiasa mengingatnya, kita dapat melaksanakan ibadah shoum di bulan Romadhon tahun ini dengan baik.

Allah berfiman: Shaum itu untuk-Ku

Dalam hadis qudsi Allah azza wa jalla berfirman:
“Setiap amal anak Adam untuknya, satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga tujuhratus kali lipat. Kecuali shaum, sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Orang yang melakukan shaum meninggalkan syahwat, makanan dan minuman karena Aku. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada wangi misk.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam hadis qudsi ini Allah menyebutkan beberapa keutamaan ibadah shaum:
  1. Allah menisbatkan ibadah shaum kepada diri-Nya, “Sesungguhnya ia adalah untuk-Ku”. Ini berarti Allah mengistimewakan ibadah shaum dari amal-amal shaleh yang lain yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya. Makna shaum untuk Allah adalah bahwa shaum tidak dikerjakan oleh seorang pun kecuali dengan niat untuk Allah. Ia adalah ibadah yang bersifat rahasia antara Allah dan orang yang berpuasa saja, hingga tidak ada celah bagi orang yang berpuasa untuk riya dalam melakukannya, berbeda dengan ibadah yang lainnya. (Lihat Syarh Suyuthi li An Nasa`i: 4/158, tahqiq Abdul Fattah Abu Ghuddah)
  1. Pahala shaum sangat besar. Karena Allah menyatakan bahwa jika amal selain shaum dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuhratus, maka shaum tidak demikian. Pahala shaum dilipatgandakan menjadi tidak terbatas. Inilah makna dari lafadz, “Aku yang yang akan membalasnya.” Hal ini juga sesuai dengan firman Allah tentang orang-orang yang bersabar, “Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.” (QS. Az-Zumar [39]: 10) Karena shaum mengandung nilai kesabaran. (Lihat Hâsyiyah As-Sindi: 4/159)
  1. Orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama adalah ketika berbuka. Ia berbahagia karena telah selesai menyempurnakan ibadah shaumnya, atau berbahagia karena dapat makan dan minum, atau berbahagia karena apa yang ia harapkan dari pahala shaum tersebut. Sebagaimana terdapat dalam doa berbuka, “Dzahabadz dzama`u wabtalatil uruuqu wa tsabatal ajru insyaa` Allah.” (Telah hilang dahaga, telah basah kerongkongan dan telah tetap pahala insya Allah). Kebahagiaan yang kedua adalah ketika bertemu dengan Rabbnya seraya mendapatkan pujian dan kemenangan saat bertemu dengan-Nya. (Miyskâtu al Mashâbîh: 6/249)
  1. Bau mulut orang yang berpuasa dinyatakan oleh Allah lebih baik, lebih utama dan lebih wangi dari minyak misk. Karena bau mulut orang yang berpuasa itu muncul karena ketaatan kepada Allah, maka Allah menyukainya.

Pokok Bahasan
 
Menjauhkan dari Api Neraka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejarak tujuhpuluh tahun perjalanan.” (HR Bukhari Muslim)
Sangat jelas makna hadis ini, bahwa orang yang berpuasa satu hari saja di dalam rangka untuk mentaati Allah, maka ia akan dijauhkan dari azab api neraka sejarak tujuhpuluh tahun perjalan. Jarak yang sangat jauh sekali. Maka bagaimana dengan orang yang melakukannya selama satu bulan penuh?

Shaum adalah Perisai

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada salah seorang sahabatnya Mu’adz bin Jabal:
ألا أَدُلُّكَ على أبوابِ الخير ؟ الصَّومُ جُنَّةٌ ، والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ
“Tidakkah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai, dan sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi: hadis hasan shahih)
Sebagaimana perisai dapat melindungi seorang prajurit perang dari serangan musuh, shaum pun demikian, ia berfungsi melindungi orang yang berpuasa dari kemaksiatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2]: 183)
Jika shaum dapat menjadi pelindung dari kemaksiatan di dunia, maka berarti ia menjadi pelindung dari azab api neraka di akhirat. (Jâmi al Ulûm wa al Hikam, Ibnu Rajab)

Mendapat Maghfirah

Shaum di bulan Ramadhan yang kita lakukan dengan dasar iman kepada Allah dan dorongan untuk mengharap pahala dari-Nya akan mengundang ampunan Allah subhanahu wa ta’ala, akan membuat dosa-dosa kita yang telah lalu habis berguguran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang shaum di bulan Ramadhan, dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رَمضان، مُكفِّرات ما بينهن إذا اجتُنِبت الكبائر
“Shalat-shalat lima waktu, jumat ke jumat, Ramdhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa antara semua itu, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR Muslim)

Menjadi Syafaat pada Hari Kiamat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda:
الصِّيام والقرآن يَشفَعان للعبد يومَ القيامة؛ يقول الصِّيام: أي ربِّ؛ منَعتُه الطعامَ والشهوةَ فشَفِّعني فيه، ويَقول القرآن: منَعتُه النومَ بالليل فشَفِّعني فيه، قال: فيُشَفَّعانِ
 Shiyam dan al Qur`an kelak akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Shiyam berkata: Wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari makanan dan syahwat, maka izinkanlah aku memberi syafaat untuknya. Al Qur`an juga berkata: Wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari tidur pada malam hari, maka izinkanlah aku menjadi syafaat baginya. Maka keduanya memberi syafaat. (HR Ahmad, Hakim dan Baihaqi, Ahmad Syakir berakata, “sanadnya shahih”)

Pintu Surga Al Rayyan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ في الجنةِ بابًا يُقال له: الريَّان، يَدخُل منه الصائمون يومَ القيامة، لا يَدخُل منه أحدٌ غيرهم، يُقال: أين الصائمون؟ فيَقُومون فيدخلون، فإذا دخلوا أُغلِق فلم يَدخُل منه أحدٌ
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut al Rayyan. Orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat memasuki (surga) dari pintu tersebut, tidak ada seorang pun selain mereka. Kelak akan ada yang berseru, “dimanakah orang-orang yang berpuasa?” maka mereka bangkit dan masuk. Jika mereka telah masuk, pintu itu akan ditutup dan tidak ada seorang pun yang masuk melaluinya lagi.” (HR Bukhari Muslim)

Penutup Kata

Itulah diantara keutamaan ibadah shoum dari sekian keutamaannya yang sangat banyak. Mudah-mudahan dengan mengenal keutamaan-keutamaannya kita dapat termotivasi untuk senantiasa bersungguh-sungguh melaksanakan salah satu perintah Allah yang mulia ini, sehingga kemudian kita dapat meraih kemuliaan sebagai orang yang bertakwa di bulan Romadhon yang penuh berkah ini. Amin. Wallahu ‘alam wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.

Jumat, 27 Juni 2014

Kebesaran Kekuasaan Allah

Pembuka Kata

Betapa mulia ajaran Rasulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yang tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya. Berikut adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 nama Allah, Asmaul Husna.

Pokok Kajian

 
1. Al Muqsith المقسط artinya : Yang Maha Seimbang.
Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya orang miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan orang tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
2. An Nafii` النافع artinya : Yang Maha Memberi Manfaat.
Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara tumbuh-tumbuhan banyak sekali khasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan kebesaran Allah.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
3. Al Waarits الوارث artinya : Yang Maha Pewaris.
Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari apa yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah tapi juga Al-Qur’an. bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu. yang penting adalah mewarisan syurga ataupun Jannah.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
4. Ar Raafi` الرافع artinya : Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya alasan tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di dunia, memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
5. Al Baasith الباسط artinya : Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada akhirnya kita juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita, jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran Allah dalam sifat-Nya Al-Baasith.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
6. Al Hafizh الحفيظ artinya : Yang Maha Memelihara.
Begitu besarnya Allah, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia memberikan kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan, kepada kita.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
7. Al Waduud الودود artinya : Yang Maha Mengasihi.
Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang dengan sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
8. Al Walii الولي artinya : Al-Walii Yang Maha Melindungi.
Masihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa tsunami yang menimpa Aceh, gempa di Jogjakarta, gempa Wasior, lumpur Lapindo yang sampai sekarang masih aktif. Pertanyaannya mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah mereka bisa selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya masing-masing, karena kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapat selamat, bahkan masih dapat bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 

9. Al Mu`izz المعز artinya : Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung dari usaha- usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
 
10. Al Afuww العفو artinya : Yang Maha Pemaaf.
Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita, padahal perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah, yang sering melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu, siapapun yang bersungguh-sungguh bertaubat kepadanya, maka Ia akan menerimanya. Apa kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan di maafkan oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah kebesaran dari Allah jika Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya.
Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.

Penutup Kata

Demikian kajian kebesan kekuasaan Allah ditinjau dari 10 nama Allah didalam Asmaul Husna. Apabila hendak kita uraikan secara panjang tentunya, kita tidak akan mampu untuk membuatnya. Berapapun besar kapasitas yang diberikan oleh penyediaan layanan blog gratis Blogspot, bahkan seluruh umat manusia bersatu untuk menuliskan keagungan dan kebesaran kekuasaan Allah tidak akan mampu...

Kamis, 26 Juni 2014

Asmaul Husna tentang sifat

Pembuka Kata

Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala  :

01.Al-Baa ngisu (Yang Maha Membangkitkan)
02.Al-Raafi ngu (Yang Maha Mengangkat)
03.Al-Mubdi’ (Yang Maha Memulai)
04.Al-Qaabidhu (Yang Maha Mengambil)
05.Al-Muzillu (Yang Maha Menundukkan)
06.Al-Baqiyyu (Yang Maha Kekal)
07.Al-Mughni (yang Maha Memberi Kekayaan)
08.Al-Maani ngu (Yang Maha Menghalang)
09.Al-Jaami ngu (Yang Maha Menghimpunkan)
10.Al-Baasithu (Yang Maha Meluaskan)
11.Al-Mumiitu (Yang Maha Mematikan)
12.Al-Mukhsiyyu (Yang Maha Menghitung)
13.Al-Mu ngizzu (Yang maha Memberi Kemuliaan)
14.Al-Mu’tiyyu (Yang Maha Pemberi)
15.Al-Mu ngidu (Yang Maha MMengulangi)
16.Al-Mujiibu (Yang maha Memperkenankan)
17.Al-Waarisu (Yang Maha Mewarisi)
18.Al-Haadiyyu (Yang Maha Pemberi Petunjuk)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Asmaul Husna tentang Penguasaan

Pembuka Kata


Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan


Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan Penguasaan atau Kekuasaan  Subhanahu Wa Ta'ala  kepada makhlukNya:

1.Al-Maliku (Yang Maha Memiliki)
2.Al-Hafizu (Yang Maha Memelihara)
3.Al-Hasibu (Yang Maha Memberi balasan)
4.Al-Muqiitu (Yang Maha Berkuasa)
5.Al-Muntaqimu (Yang Maha Penghukum)
6.Al-Wakiilu (Yang Maha Mewakili)
7.Al-Waliyyu (Yang Maha Memelihara)
8.Al-Fattaahu (Yang Maha Pembuka)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Asmaul Husna tentang Ilmu

Pembuka Kata


Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan 'Ilmu Subhanahu Wa Ta'ala :
 
1.Al-Bashiiru (Yang Maha Melihat)
2.Al-'Alimu (Yang Maha Mengetahui)
3.Al-Khobiru (Yang Maha Pemberi Kabar)
4.Al-Syahiidu (Yang Maha Menyaksikan)
5.Al-Samii'u (Yang Maha Mendengar)
6.Al-Hakimu (Yang Maha Bijaksana)
7.Al-Muhaiminu (Yang maha Menjaga)
8.Al-Baathinu (Yang maha Tersembunyi)
9.Al-Raqiibu (Yang Maha Memperhatikan)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Asmaul Husna tentang Keagungan

Pembuka Kata

Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

01.Al-Kabir (Yang Maha Besar)
02.Al-Qawiyyu (Yang Maha Kuat)
03.Al-Mutakabbiru (Yang Maha Megah)
04.Al-Ngaziz (Yang Maha Mulia)
05.Al-Jabbaru (Yang Maha Perkasa)
06.Al-Ngaliyyu (Yang Maha Tinggi)
07.Al-Hamidu (Yang Maha Terpuji)
08.Al-Azimu (Yang Maha Agung)
09.Al-Matinu (Yang Maha kuat)
10.Al-Muta ngaa liyyu (Yang Maha Tinggi)
11.Al-Karimu (Yang Maha Mulia)
12.Al-Zahiru (Yang Maha Nyata)
13.Al-Majidu (Yang Maha Mulia)
14.Al-Qahharu (Yang Maha Gagah)
15.Dzul jalaali wal ikraami (Yang Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Asmaul Husna tentang Cinta

Pembuka Kata

Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.

Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.

Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan cinta atau kasih sayang Subhanahu Wa Ta'ala  kepada makhlukNya:

01.Al-Waduud (Yang Maha Mengasihi)
02.Al-'Afuwwu (Yang Maha Pemaaf)
03.Al-Barru (Yang Maha Baik)
04.Al-Rau’fu (Yang Maha Pengasih)
05.Al-Mu’minu (Yang Maha Pemberi keamanan)
06.Al-Halimu (Yang Maha Penyantun)
07.Al-Wasi ngu’ (Yang Maha Lapang)
08.Al-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rezki)
09.Al-Syakur (Yang Maha Berterima Kasih)
10.Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi)
11.Al-Latif (Yang Maha Halus)
12.Al-Raafi'u (Yang Maha Tinggi)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Asmaul Husna tentang Makhluk

Pembuka Kata


Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan makhlukNya:

1.Al-Musowwaru (Yang Maha Pembentuk)
2.Al-Baari (Yang Maha Pembuat)
3.Al-Baadi ngu’ (Yang Maha Pencipta)
4.Al-Khaliq (Yang Maha Menjadikan)

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.


Asmaul Husna tentang Robb

Pembuka Kata


Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia. Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).

Pokok Bahasan

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berhubungan dengan Robb :
 
1.Al-Haqqu (Yang Maha Benar)
2.Al-Waahadu (Yang Maha Esa)
3.Al-Ghaniyu (Yang Maha Kaya)
4.Al-Awwalu (Yang Maha Awal)
5.Al-Akhiiru (Yang Maha Akhir)
6.Ash-Shomadu (Yang Maha Diperlukan)
7.Al-Quddusu (Yang Maha Suci)
8.Al-Qayyumu (Yang Maha Berdiri sendiri

Penutup Kata

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”. Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Kajian Asmaul Husna

Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab menekankan pentingnya kita mengenal atau ma’rifatullah bahkan puncak dari keberagamaan dan ibadah kita adalah mencapi posisi tersebut. Salah satu cara mengenal Allah adalah dengan memahami nama-nama-Nya yang terindah dan terbagus. Tujuan itu tidak lian agar kita meneladani   nama dan sifat Allah itu. Sebagaimana Rasulullah memberi petunjuk agar setiap muslim berakhlak dengan akhlak Allah, Takhallaqu bi akhlaqilah (berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah).

Rasanya memang tidak mungkin kita patuh pada hal yang tidak kita kenal, tidak mungkin, bagaimana mau patuh sedangkan kita tidak kenal Dia, karenanya dari sisi ibadah, tidak sah ibadah kalau diperintahkan oleh yang tidak kita kenal, itu sebabnya dalam Islam semua ibadah yang tidak diperintahkan Allah tidak boleh.

Di dalam Al Qur’an, disebutkan bahwa kaum musyrik menyembah berhala-berhala, padahal berhala itu sendiri tidak memerintahkan mereka untuk menyembahnya atau dengan kata lain berhala itu tidak mengenal mereka dan tidak memerintahkan mereka untuk menyembahnya.

Hal ini penting untuk kita sadari mengingat dalam kontek ibadah kepada Allah kita diharuskan mengenal Allah, walaupun nanti tingkat pengetahuan atau pengenalan itu berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya.

Pengenalan terhadap Allah pun telah dipersiapkan-Nya dari sejak penciptaan manusia dengan adanya fitrah yang disematkan dalam diri manusia, baik dahulu maupun sekarang.   Atau yang diistilahkan dengan god spot/Nashiyah (ubun-ubun kepala) yang mendorong kita untuk mengenal Tuhan pencipta kita.
Ketika kita menemukan kesulitan dan berusaha mencari penyelasaaian ke mana-mana tidak kita temukan pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah. Persis ketika kita terombang-ambing di atas perahu sendirian tanpa tahu arah tujuan maka fitrah ini akan menuntunnya untuk meminta pertolongan kepada Tuhan pencipta alam semesta.

Jalan Mengenal Allah

Ada banyak konsep yang menunjukan kita untuk mengenal Allah. Dintaranya adalah dengan akal. Karenanya di dalam Al Qur`an tidak ada pembahasan tentang wujud tuhan, bahkan di perjanjian Lama dan Baru sekalipun, karena hal itu adalah aksioma. Orang yang tidak meyakini wujud tuhan maka htinya akan galau dan gelisah.

Namun akal ini terbatas untuk mengenal Allah, yang terpenting jangan kelewat batas sampai ingin mengenal zatnya, karena hal ini dipastikan tidak akan bisa. Seperti kita melihat matahari atau bulan, apakah yang kita lihat itu zat matahari dan bulan, tidak, yang kita lihat justru pantulan sinar dari matahari dan bulan.

Karenanya cukup  bagi kita mengenal Allah dengan cara memikirkan ciptaan-Nya. Sebagaimana Sabda Nabi saw, “Berpikirlah tentang ciptaan-Nya dan jangan kalian berpikir tentang zat-Nya”. Karena kita tidak mungkin sampai pada zat Allah. Memikirkan ciptaan-Nya saja sunguh mengagumkan dan bahkan tidak sampai pada hakikat ciptaan-Nya. Jadi cukup dengan lihat bekas-bekas yang ditinggalkan Allah di alam semesta ini untuk menunjukkan eksistensi Tuhan.

Dulu orang-orang badui berkata, “saya lihat ada kotoran onta , jika demikian pasti pernah ada onta lewat disini,” jadi melihat bekasnya, sekalipun kita tidak sempat melihat wujud atau eksistensi onta tersebut.
Tetapi kita perlu kenal tuhan, kita disuruh patuh dan untuk itu perlu kenal, bahkan kita disuruh cinta itu perlu kenal, maka Allah memperkenalkan dirinya, Aku itu wujud..Aku itu begini dan begitu,.

Pengenalan Allah terhadap dirinya kepada kita itu unik, keunikannya karena keterbatasan kita dan tidak keterbatasan Dia. Allah seringkali memperkenalkan nama dan sifat-Nya dalam Al Qur`an  dengan hal yang dikenal nalar kita, bahwa Dia maha mendengar, Melihat dan lain-lainya, namun harus kita yakini bahwa mendengar dan melihatNya Allah berbeda dengan mendengar dan melihatnya kita yang penuh keterbatasan.  Sehinga nama dan sifat Allah itu jangan kita pikir materinya, berarti Allah memiliki telinga dan mulut, hal itu mustahil kita katakan, karena Allah tidak bertempat dan bukan materi.

Setelah Allah memperkenalkan nama dan sifat-Nya Allah juga menegaskan bahwa Dia laisa kamitslihi sya`un (tidak ada sesuatupun yang seperti sepertinya) yang seperti dengan seprtinya saja tidak ada apalagi yang sama sepertinya.

Allah memperkenalkan diri-Nya, jika kita merujuk kepada Al Qur`an, Allah memperkenalkan dirinya pertama kali di surah Iqra`, ada dua sifat Allah disini, khalak dan akram, dua nama itu yang pertama diperkenalkan Allah, memang ada kata Rabb, apa artinya rabb, kita ambil contoh, si A gagah, wanita itu cantik, Atau si a peramah, pemurah, kikir, , ini ada dua macam sifat kalau dia cantik itu sifat pribadinya, yang tidak bisa menular kepada kita, tetapi kalau pemarah dan pemurah ini bisa menular kepada kita? jadi Rabb itu Tuhan yang memelihara, mencipta, pokoknya semuanya itu, tetapi ada sifat-nya yang tidak bisa menular kepada kita, kita ambil misalnya, sifat Keesaannnya dan  Wujudnya Langgeng.

Ada sifat-sifat Allah yang melekat pada diri-Nya tapi tidak bisa menyentuh makhluk, ada juga sifat-sifatnya yang menyentuh makhluk. Hal itu terdapat dalam sifat zat dan sifat perbuatannya,  jadi yang mana lebih luas Allah atau Rabb, karena Allah qudus, Allah wahid, Allah razzaq, semuanya itu. Kita kembali bahasa Allah, Dia memperkanalkan diri-Nya, khalak dan akram, kalau di asmaul husna yang diriwayatkan dalam satu riwayat itu ada 99;

إِنَّ للهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مِائَةٌ إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesunggunya Allah itu memilki 99 nama, siapa yang ahshaha maka dia masuk surge”

Banyak orang salah dalam memahami kata ahsha.  Kata ini berarti mengetahui secara rinci, jadi bukan hanya sekdar mengahapalnya satu demi satu sampai 99. Sebab kalau hanya sekedar meyebutkan jumlahnya hingga mengahpalnya maka ada binatang yang bias melkukan itu semua, akan tetapi tidak ada binatng yang bias memahaminya. Karenaya kita harus lebih tinggi dari sekdar menghapalnya yaitu memhaminya secra dalam dan rinci.

Seperti setiap kita bisa mengucapkan kata ar-rahman dan bahkan tahu artinya, tetapi untuk mencapai artinya secara rinci dan dalam kita berbeda-beda. Tetapi untuk memahami lebih jauh apa arti ar-rahman membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam dari sekedar menghapal. Menghayati makna itu lebih tinggi, dan orang yang menghayatinya, bisa jadi dia sekedar menghayatinya tetapi tidak merasakan nikmatnya, contoh, ada seorang murid sangat kagum pada gurunya, sangat senang mendengar pelajaran-pelajarannya, sangat ingin menjadi seperti dia, bisa saja suatu waktu dia tidak perhatikan gurunya? Bearrti boleh jadi ada sesuatu yang menghalanginya untuk memperhatikannya, boleh jadi karena dia lapar, jadi orang yang sudah menghayatipun itu bisa jadi suatu waktu tidak merasakan kenikmatannya sehingga dia lengah, itu sebabnya apa yang dinamai pengenalan itu bertingkat-tingkat, contoh, apakah Anda kenal SBY? Kalau Anda menjawab kenal itu benar!, tapi kalau Anda menjawab tidak kenal itu lebih benar! Karena tidak pernah bertemu dan tatap muka.

Contoh lain, seandainya, Allah memperkenalkan dirinya melalui sifat khalak (yang maha mencipta), saya berikan contoh melalui buku ini, Anda baca, judulnya menyingkap tabir ilahi, dalam perspekti Al Qur’an pengarangnya ini…lalu ada yang bertanya kenal pengarangnya?, kalau pun Anda sudah baca buku ini, belum tentu Anda kenal saya (pengarangnya), kalau pun Anda sudah baca semua buku saya Anda belum tahu saya dengan pengenalan yang benar. Ketika kalaupun Anda sudah tahu semua ciptaan Allah sampai mendetail Anda belum tahu Dia, tetapi Anda sudah dinamai makrifatullah. Itu sebabnya imam Al Ghazali berkata, kita harus beristighfar kepada Allah bukan karena kita memberi kepada Allah sifat yang tidak sempurna, tetapi member-Nya sifat yang sempurnapun kita mesti harus istighfar  karena kesempurnaan kita itu sebenarnya belum sampai kepada tingkat kesempurnaan Allah, itu sebabnya rasul mengajarkan doa,

سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Ya Allah Maha Suci Engkau, kami tidak bisa memuji-Mu, kalau begitu pujian terhadap-Mu adalah pujian-Mu atas diri-Mu.”

Definisi Asma`ul Husna

Asmaul husna, itu terdiri dari 2 kata asma dan al husna itu bentuk jamak dari isim, isim itu bisa terambil dari kata sumuw sama artinya langit, semua yang berada di atas Anda itu sama’ sumu tinggi, bisa juga terambil dari kata sima’ tanda. Asma bisa diartikan isim/nama, karena nama itu tanda, karena pada hakekatnya nama sebagai penanda ini dan itu. Jadi nama itu tanda, kalau kita katakan asma dari isim maka nama itu harus dijunjung tinggi.

Adapun al husna itu bentuk feminim dari ahsan untuk menunjuk makan laki-laki maka menggunakan itu kata ahsan, sementara untuk menunjuk perempuan digunakan kata husna jadi asmaul husna adalah nama-nama  Allah yang terindah, yang terbaik, yang termulia.
Ternyata nama-nama dan sifat Allah itu tidak terbatas pada angka 99. Ada ulama  yang meneliti Al Qur’an ditemukan 127 nama Allah.  Ada imam yang menemukan 137 nama. Adapun Imam Al Qurtubi menghimpunnya dari para ulama berjumlah 200 nama.

Nama “Allah”

Kata “Allah” sangat popular dikalangan ulama-ulama dulu dan sampai sekarang sangat popular, apa artinya laa ilaaha illa Allah, tidak ada tuhan (yang wajib disembah kecuali Allah). Apa artinya tuhan, menurut para ulama dulu yang kita hormati, kata Allah terambil dari kata ilah artinya yang disembah, kalau kita katakana la ilaaha illa Allah, maka terjemah harfiahnya tidak ada tuhan yang disembah kecuali Allah, tetapi kenyatannya ada yang disembah selain Allah, maka terjemah yang pasnya ditambahi tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, selain dari Allah tidak wajib di sembah. Jadi kata Allah terambil dari kata ilah asal katanya dan artinya yang disembah.

Makna kedua, prinsipnya dalam bahasa kalau ada satu susunan kata, ada satu ucapan yang sudah lurus maknanya tanpa Anda bumbuhi (dalam kurung ) itu lebih baik daripada Anda Anda bumbuhi (dalam kurung) atau tambahan. Jika ada satu kalimat yang sudah lurus dan dipahami tanpa harus ditambah penjelasan embel-embel  maka tidak perlu penjelasan. Menurut penelitian tidak sedikit ulama berpendapat bahwa ilah itu artinya penguasa alam raya yang menguasai diri Anda, yang menguasai segala sesuatu, yang mengatur segala sesuatu , sekarang lihat laa ilaha illa Allah apa artinya sekarang? “Tidak ada penguasa, pengatur di alam raya ini kecuali Allah,” kita ambil ayat Al qur’an coba Anda bandingkan dua terjemahan ayat ini

لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiyaa [21]: 22)

Seandainya di langit dan dibumi ini ada alihah jamak dari ilah, pastilah langit dan bumi akan hancur. Coba kita artikan dengan tuhan yang disembah, seandainya dilangit dan di bumi ini ada tuhan selain Allah yang wajib disembah pasti dia hancur, lalu bandingkan dengan terjemah, “Seandainya di langit dan di bumi ini ada penguasa  yang mengatur alam raya ini kecuali Allah pasti hancur.”

Kata Allah juga berasal dari kata ya’lahu, bermakna yang menakjubkan yang mengherankan, karena semua ciptaan-Nya itu menakjubkan.

Kalau ingin dibahas hakikat zatnya maka itu akan mengherankan dan alam menjadikan Anda bingung, ingat sabda nabi “Jangan berfikir tentang Allah, pikirkanlah tentang makhluknya,” kalau Anda merasa bahwa tidak ada yang berkuasa mengatur alam raya ini kecuali Allah. Makna ini lebih berkesan dalam jiwa Anda ketika Anda berkata tidak ada pengusa yang menguasai alam raya ini kecuali Allah,  dari pada makna kalimat “tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah” Yang mana lebih berkesan? Kalau Anda mengatakan yang wajib disembah itu menjadikan Anda terdorong untuk menyembahnya tapi kalau Anda berkata tidak ada penguasa alam raya ini kecuali Allah itu menanamkan dalam jiwa Anda ketenangan, ala bi dzikrillah tathmainul qulub (ketahuilah dengan berdzikir hati menjadi tenang).

Sebenarnya kita ditekankan pada makna tidak ada penguasa di alam raya ini kecuali Allah, itulah yang menjadikan Rasulullah saat diancam oleh seseorang, “siapa yang dapat menyelamatkan kamu dari pendang ini?” Rasululhah jawab, “Allah,” mudah sekali, karena tidak ada yang berkuasa kecuali Allah, jatuh pedang itu.

Asmaul husna ini bisa diklasifikasi, pertama, nama-Nya yang khusus, dan tidak boleh disandang orang lain, yaitu nama Allah dan rahman. Anda tidak boleh menamai makhluk dengan rahman atau Allah, itu nama khusus, boleh juga kita sandangkan kepada makhluk tetapi ditambah nama abdu (hamba)  didepanya Abdullallah atau Abdurrahman.

Kedua, nama-nama-Nya dan sifat-Nya yang bisa disandang oleh manusia, seperti kata alim (mengetahui). Dalam Al Qur`an Nabi Muhammad SAW disifati dengan Rauf (lembut).

Ketiga, nama-nama-Nya yang tidak disebut secara berdiri sendiri, harus bergandengan, Allah ya muhyi ya mumit(yang selalu menghidupkan dan mematikan)atau ya dharr ya nafi’ (yang membri mudharat dan member manfaaat)  hal itu dilarang agar jangan sampai timbul kesan terhadap Allah sesuatu yang buruk sekalipun kenyataanya memang demikian nama dan sifat Allah.

Al Khaaliq

Allah memperkenalkan dirinya dalam surah Al Alaq dengan khaliq (kata dasarnya khalaqa).  Dalam Al Qur`an kata khalaqa (mencipta) disebut berulang-ulang, ada juga kata yaj’al (menjadikan). Jadi adakalanya Allah menyebut dengan khalaqa dan yaj’al. Jika Allah menggunakan kata khalaqa maka dia khaaliq (Maha Mencipta) maka itu menunjukkan kehebatan dan keagungan ciptaannya. Jika Allah berkata menjadikan jalan, maka tekanannya ada manfaatnya, seperti firman Allah ja’ala laku min anfusikum azwajan (Allah menjadikan dari diri kamu pasangan), siapa yang menjadikan itu? Allah.

Allah khalaqa samawati wal ardi  (Allah menciptakan langit dan bumi) dia mencipta semua yang ada dan ciptaaan-Nya itu mengagumkan, yang sekecilnya pun mengagumkan. Seperti Allah menciptakan lalat yang kita anggap hina dan remeh tetapi di balik penciptaanya itu ada hal luar biasa baik yang sudah kita ketahui maupun belum.

Jadi, Allah memperkenalkan dirinya dalam ayat Iqra` bismirabbikalladzi khalaq (bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang mencipta), Dalam bahasa arab kalau ada satu kata yang tidak disebut objeknya maka itu mencakup segala sesuatu, sama halnya jika saya katakan begini “silahkan makanlah”  di hadapan anda terhidang berbagi macam menu makanan, ada gado-gado, rending, opor dan lain sebagainya, maka anda bebas memilih makan apa saja karena saya tidak menyebutkan objek menu-Nya. Sehinga tidak perlu anda bertanya saya makan yang mana?

Sama ahalnya dengan perintah “bacalah”  silahkan baca apa saja syaratnya adalah dalam kerangka atau dengan nama Tuhan-Mu.  Dengan demikian Anda bisa mengetahui wujud tuhan itu melalui ciptaan-Nya. Karena adanya ciptaan Sesutu pasti menujukkan adanya yang membuat. Seperti Alam semesta beserta isinya ini, tidak mungkin tercipta dengan sendirinya pasti ada yang menciptakannya. Tidak terlalu berbeda dalam dunia manusia, jika kita dapati sutu produk yang indah kita pun bertanya siap yang memproduksinya.

Al Akram

Nama kedua yang Allah perkenalkan akram, dia tidak memperkenalkan dirinya yang kedua itu dengan kata karim, dalam bentuk superlatif, yang paling karim, karim itu maknanya banyak. Karim dalam bahasa terambil dari akar kata yang terdiri dari 3 huruf kaf, ra dan mim, ini mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan sesuai objeknya, keistimewaan sesuai apa yang disifatinya, kalau saya katakan “dzillun karim,” awan yang karim, pokoknya apa yang indah.

Contoh lain, kalau saya katakana “rizqun karim” apa artinya? apa yang terbaik dalam bidang rizki? Seperti memuaskan, halal, bermanfaat itu artinya rizqun karim. Jika saya katakana zaujun karim, istri atau suami pasangan yang karim, carilah maka yang Anda sukai, bias berupa akhlaknya bagus, pokoknya kariim yang paling mulia, yang paling baik, dalam bidang yang Anda sukai, jadi Allah karim, pokoknya Allah karim, ciptaanya karim rizkinya karim, pokoknya Allah karim.

Ada tiga ayat yang mensifat Allah dengan karim, semuanya menuju kepada-Nya dengan kata Rabb, bismirabbik jadi penganugrah, al karim adalah dia yang maha Pemurah dengan pemberiannya maha luas dengan anugerahnya, tidak terlampai oleh harapan dan cita yang tinggi serta besarnya harapan, dia yang memberi tanpa perhitungan.

Al karim menurut imam Al Ghazali adalah Dia yang apabila berjanji maka menepati janjinya, bila memberi maka melampai batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana, atau perantara.

Lebih lanjut Al Ghazali menjelaskan makna dari Allah karim ini antara lain yang disebutkan Dia yang bergembira dengan diterimanya anugerah, Allah itu gembira karena Dia telah memberi, subhanallah, itu yang saya gambarkan jadi orang itu simpati, dia yang bergembira dengan diterimanya anugerahnya serta memberi sambil memuji yang diberinya, contoh ada orang yang ingin memberi sesuatu agak memaksa, beri saya pahala beri saya doa, ada yang bisa meniru itu, bergembira kalau diterima pemberiannya, itulah makna Allah ya karim, bergembira dengan diterimanya, serta memberi sambil memuji yang diberinya, dia yang memberi siapa yang mendurhakainya, Allah itu karim kepada yang durhaka pun dikasih, bahkan memberi sebelum diminta, kata al karim yang mensifati Allah dalam Al Qur`an semua menuju kepadanya dengan kata Rabb merupakan sifat pertama yang diperkanalkannya pada wahyu pertama, kata-kata itu bersumber dari kata-kata yang sama dengan Rabb memiliki arti berbeda-beda, namun akhirnya mengacu pada makna penyembahan, peningkatan, ketinggian.

Allah diperkenalkan dengan dua nama itu dulu, kenalilah Allah, dia hebat ini dan ini, sampai disini boleh jadi ketika Anda melihat kehebatan-Nya, Anda merasa takut, tapi Dia itu akram, Dia itu baik, maka, ini mendorong orang untuk mendekat kepada-Nya. Saya kira itu sedikit dari banyak yang mesti kita terangkan tentang asmaulhusna.

Yang terpenting kita ingin mengenal Allah, dan Abu bakar pernah ditanya, hal arafta rabbak (kamu kenal Tuhanmu?) Dia jawab “saya kenal Allah melalui Allah,” ditanya lagi “wa kaifa araftahu (bagaimana kamu kenal Dia?)”, dia jawab, “Ketidakmampuan mengenal Allah atau kesadaran bahwa kita tidak mampu mengenal Allah, itulah pengenalan kepada Allah,” Sadar kalau tidak mampu, sudah sampai sana Anda ragu, itu sebabnya saya katakan, belum tentu orang yang menjawab tidak tahu, itu lebih bodoh dari pada yang menjawab tahu, contohnya, orang ditanya “bisa perbaiki listrik?” Kalau ada orang yang tidak tahu menjawab bias, terus dia coba-coba lalu gagal, yang mana lebih pinter yang berkata tidak tahu padahal dia tahu atau berkata tahu dan dia tidak tahu.

Seperti yang dikatakan Abu bakar “saya sadar saya tidak tahu itulah puncak pengetahuan,” kalau Anda jawab saya tahu tuhan begini-begini, kalau Anda berkata tahu itu pengenalan yang sangat dangkal, contoh-contong  yang diberikan Allah bukan seperti itu Allah, itu sebabnya imam Al Ghazali berpendapat untuk mengenal Allah ada dua caranya;

Pertama,  jalan buntu, tidak usah bahas tentang Allah cukup kembangkan jiwa Anda.

Kedua, beri contoh, tetapi ketika Anda memberi contoh tekankanlah bahwa Allah tidak seperti itu, contoh konkritnya ada seorang yang belum kawin, saya cerita sama dia hidup berumah tangga itu rukun dan anak-anaknya baik, itu nikmat luar biasa? Sementara orang itu belum kawin, lalu dia bertanya “bagaimana nikmatnya itu,” maka saya bisa terangkan atau tidak? Tidak bias… buntu, karena dia belum sampai ke sana. Lalu dia memaksa “Tolong saya ingin tahu,” lalu saya kasih dia contoh, “apa kenikmatan yang kamu ketahui yang paling enak kamu rasa?” Dia jawab “mungkin paling enak ketemu teman-teman lalu saya ngobrol dengan mereka, nikmatnya luar biasa, itu puncak kenikmatannya?” Kalau begitu nikmatnya hidup berumah tangga itu nikmatnya melebihi kenikmatan kamu bertemu dengan dengan teman-temanmu. Tergambar atau tidak sekarang? seperti ilulah Allah. Allah razzaak (pemberi rizki), gambarkanlah tapi ketahuilah bahwa apa yang Anda gambarkan itu tidak melebihi-Nya. Nah ini bukan jalan buntu.

Zikir dan Doa

Bismillahirrahmanirrahim

Asmaul A’zham

Pembuka Kata

Asmaul A’zhom atau Ismullahil A’zhom, yaitu Nama Allah Yang Paling Agung yang ada di dalam Al Qur’an dan jika digunakan untuk berdoa maka doa orang tersebut akan dimustajabkan oleh Allah Swt. dengan segera. Penggunaan Ismullahil A’zhom dalam berdoa adalah merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan telahpun diamalkan oleh orang-orang shalih dan para wali Allah sejak zaman dahulu kala sebelum masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sampai ke zaman kita ini.
Mengenai apa-apa saja Ismul A’zhom itu para sahabat nabi dan ahli hadis memilki beberapa pendapat, yang mana satu dengan lainnya saling melengkapi.

Asmaul A'zham
 
Dari Abu Umamah Ra. yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikatakan: “Ismullahil A’zhom, yaitu Nama Allah Yang Paling Agung yang apabila dibaca di dalam doa pasti akan dimustajabkan, terdapat dalam tiga tempat pada kitab suci Al Qur’anul Karim yaitu; Surat Al Baqarah, Surat Ali Imran dan Surat Thaha.” (HR. Ibnu Mardawih).
 
Sedangkan Ismul A’zhom yang berada pada surat Ali Imran adalah: “Alif… Lam…. Mim…. Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (QS. Ali Imran; 1-2)

 
 
 
Adapun Ismul A’zhom yang berada pada surat Thaha adalah: “Dan tunduklah semua wajah kepada Tuhan yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya.” (QS. Thaha: 111).

 
Syaikh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengemukakan sebuah hadis yang lain dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhuma telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam: Nama Allah Yang Paling Agung, yaitu Ismullahil A’zhom, yang mana bila diucapkan dalam doa, niscaya dimustajabkan, doa itu berada dalam ayat ini bagian dari surat Ali Imran (pada ayat 26),

Allah berfirman: 
 
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(HR. Imam Thabrani, di dalamnya terdapat Jasar bin Farqad al Qishabi, Imam Bukhari menganggapnya tidak ada apa-apanya). Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid II halaman 32.

Penutup Kata

Semoga kita dapat mempelajari, memahami kandungan Asmaul A'zham sehingga kita dapat berdoa dengan khusus penuh keyakinan akan dimakbulkan oleh Allah.
 

About

Sample Text