Ads 468x60px

...

Rabu, 18 Juni 2014

Makna Al Qohhaar

AL QOHHAAR = MAHA PENAKLUK



Pembuka Kata

Nama Allah, Al-Qahir ( الْقَاهِرُ ) dan al-Qahhar ( الْقَهّ) ) termasuk Asmaul Husna tersebut dalam firman-Nya:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (al-An’am: 18)
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba- Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikatmalaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikatmalaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (al-An’am: 61)

Adapun al-Qahhar disebutkan pada enam tempat di dalam al-Qur’anul Karim, di antaranya,
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah, “Siapakah Rabb langit dan bumi?” Jawabnya, “Allah.” Katakanlah, “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan atas diri mereka sendiri?” Katakanlah, “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Rabb Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.” (ar-Ra’d: 16)

Jadi, Allah Subhanahu wata’ala memiliki sifat al- Qahr yang berarti menundukkan, mengalahkan, dan punya makna mengazab dari atas. Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, “Hanyalah Allah Subhanahu wata’ala mengatakan dalam ayat ( فَوْقَ عِبَادِهِ ) ‘di atas hamba-hamba- Nya’ karena Allah Subhanahu wata’ala menyifati diri-Nya bahwa Ia menundukkan mereka. Di antara sifat sesuatu yang menundukkan yang lain adalah dia berada di atasnya. Karena itu, makna firman-Nya adalah ‘Dan Allah-lah yang mengalahkan hamba-hamba-Nya dan menundukkan mereka’.” 

Adapun al – Qahhar adalah bentuk mubalaghah dari kata al-Qahir, bentuk kata yang memberi arti yang lebih dalam pada sifat tersebut. As-Sa’di t menjelaskan, “Al-mQahhar, Yang Maha Menundukkan seluruh alam semesta baik yang atas maupun yang bawah, yang menundukkan segala sesuatu, yang tunduk kepada- Nya seluruh makhluk. Hal itu karena keperkasaan-Nya dan kesempurnaan kemampuan-Nya. Tidaklah sesuatu terjadi, dan tidaklah msesuatu tergerak selain dengan seizin- Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan yang tidak Dia kehendaki maka tidak terjadi. Semua makhluk membutuhkan-Nya. Semuanya lemah, tidak memiliki kekuasaan untuk memberi dirinya manfaat ataupun mudharat, kebaikan ataupun kejelekan. 

Sifat qahr pada-Nya menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wata’ala memiliki sifat hidup, perkasa, dan mampu. Tidak sempurna penundukan-Nya terhadap semua makhluk, kecuali dengan kesempurnaan sifat hidup-Nya, keperkasaan-Nya, dan kemampuan-Nya.” Nama Allah Subhanahu wata’ala al-Qahhar yang terdapat dalam al-Qur’an selalu beriringan dengan nama Allah al-Wahid, Yang Maha Esa. As-Sa’di rahimahullah menjelaskan mhikmahnya, “Sesungguhnya tidak terdapat keesaan bersama dengan sifat menundukkan kecuali hanya milik Allah Subhanahu wata’ala satu-satu-Nya. Sebab, setiap makhluk pasti di atasnya ada makhluk lain yang menundukkannya. Di atas makhluk yang menundukkan itu ada makhluk lain lagi yang menundukkannya dan lebih tinggi darinya.


Makna Kata

Nama Allah, Al Qohhar bermakna Yang dapat memaksa makhluk-Nya bagaimana saja Allah kehendaki.

Dalam al-Qur’an, al-Qahhar disebut enam kali dan kesemuanya dirangkai setelah penyebutan kata al-Wahid, yang juga merupakan Asma Allah. Penyebutan nama dan sifat al-Wahid di depannya memberi arti kuat bahwa hanya Dia satu-satunya yang memiliki sifat Al-Qahhar. Orang yang mengaku dirinya Qahhar (penakluk) akan dikalahkan dan dihinakan-Nya. Fir’aun, dalam al-Qur’an dikisahkan pernah mengganggap dirinya sebagai “Qaahiruun” (penakluk) ketika dia memerintahkan untuk membunuh semua bayi lelaki.

Penundukan itu berakhir pada Yang Maha Esa lagi Maha Menundukkan. Maha Menundukkan dan Maha Esa adalah dua sifat yang saling terkait dan mesti ada pada Allah Subhanahu wata’ala satu-satu-Nya. Jelaslah dengan dalil aqli bahwa semua yang disembah selain Allah Subhanahu wata’ala tidak punya kemampuan untuk menciptakan makhluk sedikit pun. Karena itu, tidak benar dia diibadahi. (Tafsir Surat ar-Ra’d: 16) 

Ibnul Qayyim juga mengatakan, “Al-Qahhar tidak mungkin melainkan hanya satu. Sebab, apabila Dia memiliki tandingan yang sepadan lantas tidak mampu menundukkannya, dia tidak disebut Qahhar (yang menundukkan) secara mutlak. Apabila Dia bisa menundukkannya, tidak ada yang sepadan dengan-Nya, berarti al-Qahhar tidak lain kecuali hanya satu.” (ash-Shawa’iq al-Mursalah, 3/1032 dinukil dari Fiqh al-Asma’ul Husna)


Penutup Kata

Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari Asmaul-Husna yang amat masyhur itu. Pengertian yang kita terangkan secara ringkas seringkas-ringkasnya. Bila dibentangkan atau diuraikan dengan panjang, maka  nama Allah, Al Qohhar tidak cukup dengan sebuah buku tebal seribu halaman, Allah tidak terbatas keagungan, ketinggian, kemuliaan dan kesempurnaa-Nya.

Cara berdoa dengan Nama Allah, Al Qohhar dengan ditambahkan kata Jalla Jalaaluhu yang artinya : Mulia kemuliaan-Nya. Misalnya "Ya Qohhar Jalla Jalaaluhu"

Di antara buahnya adalah ketundukan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Kita harus menyadari kelemahan kita di hadapan- Nya. Hilangkan kesombongan, sifat congkak, dan takabbur, yang akan membuahkan penentangan terhadap syariat Allah Subhanahu wata’ala dan menolak aturan agama-Nya. Sadari kekurangan dan keterbatasan kemampuan kita, lalu tundukkan diri kita di hadapan-Nya dengan mematuhi segala aturan-Nya. Haturkan penghambaan diri kita kepada-Nya penuh ketundukan dengan menjalankan syariat-Nya. Sifat ini juga menunjukkan bahwa segala sembahan selain Allah Subhanahu wata’ala tidak berhak diibadahi. Sebab, semuanya tunduk di hadapan Allah Yang Mahaperkasa, Yang Mahamulia, dan Yang Maha Menundukkan. Mahatinggi Allah, al-Qahhar.

4 komentar:

 

About

Sample Text