AL KHABIIR = MAHA MENGETAHUI
Pembuka Kata
Nama Allah, Al Khabiiru ( الخبير )dibaca Al Khobir termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (At-Taubah [9]: 16)
- Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al-Hajj [22]: 63)
- Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An’am: 73)
Adapun dalam hadits Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasalam, terdapat dalam riwayat Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah RA:
قَالَتْ عَائِشَةُ: أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ رَسُولِ اللهِ n.
قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: قَالَتْ: لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِيَ الَّتِى كَانَ
النَّبِىُّ n فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ
نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ
عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلاَّ رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ
قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا
وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا، فَجَعَلْتُ دِرْعِي
فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ
عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ، فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ
ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ
فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ
فَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلاَّ أَنِ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ
فَقَالَ: مَا لَكِ يَا عَائِشُ حَشْيَا رَابِيَةً. قَالَتْ: قُلْتُ: لاَ
شَيْءَ. قَالَ: لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ.
قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي؛
فَأَخْبَرْتُهُ. قَالَ: فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي.
قُلْتُ: نَعَمْ. فَلَهَدَنِي فِي صَدْرِي لَهْدَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ
قَالَ: أَظَنَنْتِ أَنْ يَحِيفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟ قَالَتْ:
مَهْمَا يَكْتُمِ النَّاسُ يَعْلَمْهُ اللهُ، نَعَمْ. قَالَ: فَإِنَّ
جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ
فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ
وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ
أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ
أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ. قَالَتْ: قُلْتُ:
كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ، يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: قُولِي: السَّلاَمُ
عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ
اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ
اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ.
Aisyah RA berkata: “Tidakkah kalian mau kuberitahukan kepada kalian tentang diriku dan Rasulullah?” Kami mengatakan: “Iya.”
Beliau Aisyah RA bercerita: “Ketika suatu malam yang Rasulullah pada malam
itu di rumahku, beliau berbalik lalu beliau meletakkan pakaian bagian
atasnya. Beliau juga melepaskan dua sandalnya lalu meletakkan keduanya
di samping kedua kakinya. Kemudian beliau menggelar ujung sarungnya di
atas kasurnya, lalu beliau berbaring. Tidaklah beliau tetap dalam
keadaan tersebut kecuali selama mengira bahwa aku telah tertidur, lalu
beliau mengambil pakaian bagian atasnya dengan pelan-pelan. Beliau juga
memakai sandalnya dengan pelan-pelan, lalu membuka pintu dan keluar,
lalu menutupnya juga dengan pelan-pelan. Maka aku pun meletakkan
pakaianku di atas kepalaku dan aku berkerudung. Lalu aku menutup mukaku
dengan kain kemudian aku membuntuti di belakang beliau, sehingga beliau
sampai di pekuburan Baqi’. Beliau Nabi Muhammad berhenti dan berdiri dalam waktu
yang lama, lalu beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, lalu
berbalik. Maka aku pun berbalik. Beliau lalu berjalan cepat sehingga aku
pun berjalan cepat. Beliau kemudian berlari kecil maka aku pun berlari
kecil. Lalu beliau berlari agak cepat maka aku pun berlari agak cepat,
sehingga aku pun mendahului beliau lalu aku masuk (ke dalam rumah). Maka
tiada lain kecuali aku berbaring kemudian Rasulullah masuk seraya
mengatakan: ‘Ada apa denganmu, wahai Aisyah? Nafasmu terengah-engah’.
Aku menjawab: ‘Tidak apa-apa.’ Beliau mengatakan: ‘Kamu harus
mengabarkan kepadaku atau akan mengabariku Al-Lathif (Yang Maha lembut)
lagi Al-Khabiir (Maha Mengetahui)’.
Aisyah mengatakan: ‘Kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah.’ Lalu aku menceritakannya.
Maka beliau mengatakan: ‘Jadi engkau adalah bayangan hitam yang di
depanku tadi?’ Aisyah menjawab: ‘Iya.’ Maka beliau menekan dadaku dengan
tekanan yang menyakitkan aku, lalu beliau mengatakan: ‘Apakah kamu kira
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan mengkhianatimu?’ Aisyah mengatakan:
‘Bagaimanapun manusia menyembunyikan maka Allah mengetahuinya, ya.’
Nabi mengatakan: ‘Sesungguhnya Jibril datang kepadaku ketika kamu melihat, lalu dia memanggilku dan menyembunyikannya darimu. Aku menjawab panggilannya dan aku sembunyikannya darimu. Tidak mungkin baginya untuk masuk sementara engkau telah menanggalkan pakaianmu. Dan aku kira engkau telah tertidur, maka aku tidak suka membangunkanmu, aku khawatir kamu takut (kaget). Lalu Jibril mengatakan: ‘Sesungguhnya Rabbmu menyuruhmu datang ke penghuni kuburan Baqi’ agar memintakan ampunan untuk mereka.’ Aisyah mengatakan: ‘Apa yang aku katakan untuk mereka, wahai Rasulullah?’ Nabi Muhammad menjawab: ‘Katakanlah:
السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا
وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ
“Kesejahteraan untuk penghuni tempat tinggal ini, dari kalangan
mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang
mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Dan kami insya
Allah akan menyusul kalian.”
Makna Kata
Nama Allah, Al Khabiiru (الْخَبِيْرُ) bermakna mengetahui segala perkara bathin, yang tersembunyi dan mengetahui hakikat dari segala perkara dan kejadian.
- Ibnu Manzhur mengatakan: “(Maknanya adalah) Yang Maha Mengetahui apa yang lalu dan apa yang akan datang.”
- Al-Khaththabi mengatakan: “Yang Maha Mengetahui seluk-beluk hakikat sesuatu.”
- Abu Hilal Al-Askari mengatakan dalam kitabnya Al-Furuq Al-Lughawiyyah: “Perbedaan antara al-ilmu (yang diambil darinya nama Al-’Alim) dan al-khubru (yang diambil darinya nama Al-Khabiir); bahwa al-khubru artinya mengetahui seluk-beluk sesuatu yang diketahui sesuai dengan hakikatnya, sehingga kata al-khubru memiliki makna yang lebih dari kata al-ilmu.” (Dinukil dari kitab Shifatullah karya ‘Alawi As-Saqqaf)
- Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: “Al-Khubrah (yang darinya diambil nama Al-Khabiir), artinya adalah mengetahui dalamnya sesuatu. Ilmu terhadap bagian luar dari sesuatu tidak diragukan merupakan sifat kesempurnaan dan terpuji. Akan tetapi mengetahui bagian dalamnya tentu lebih sempurna. Sehingga Al-’Alim, Maha berilmu terhadap apa yang tampak dari sesuatu, sedangkan Al-Khabiir, Maha berilmu terhadap apa yang tidak tampak dari sesuatu. Bila terkumpul antara ilmu dan khubrah, maka ini lebih sempurna dalam meliputi sesuatu. Terkadang dikatakan bahwa khubrah mempunyai makna yang lebih dari ilmu. Karena kata khabiir dipahami oleh orang-orang adalah seseorang yang mengetahui sesuatu dan mahir dalam hal ini. Berbeda dengan seseorang yang hanya memiliki pengetahuan saja, tapi tidak punya kemahiran pada apa yang dia ilmui, maka dia tidak disebut khabiir. Atas dasar ini, kata Al-Khabiir memiliki makna yang lebih dari sekadar ilmu.” (Tafsir surat Al-Hujurat)
- Asy-Syaikh As-Sa’di t mengatakan: “Al-Khabiir Al-’Alim, adalah yang ilmunya meliputi segala yang lahir maupun yang batin, yang tersembunyi dan yang tampak, yang mesti terjadi, yang tidak mungkin terjadi, serta yang mungkin terjadi, di alam yang atas maupun yang bawah, yang terdahulu, yang sekarang, dan yang akan datang. Maka, tidak tersembunyi padanya sesuatu pun.”
Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari Asmaul-Husna yang amat masyhur itu. Pengertian yang kita terangkan secara ringkas seringkas-ringkasnya. Bila dibentangkan atau diuraikan dengan panjang, maka nama Allah, Al Khabiiru (الْخَبِيْرُ) tidak cukup dengan sebuah buku tebal seribu halaman, Allah tidak terbatas keagungan, ketinggian, kemuliaan dan kesempurnaa-Nya.
Cara berdoa dengan Nama Allah, Al Khabiiru (الْخَبِيْرُ) dengan ditambahkan kata Jalla Jalaaluhu yang artinya : Mulia kemuliaan-Nya. Misalnya "Ya Khobir Jalla Jalaaluhu"
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: “Dengan mengimani nama Allah ini, seseorang akan bertambah rasa takutnya kepada Allah, baik dalam keadaan tersembunyi ataupun terang-terangan.” (Syarh Al-Wasithiyyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar