Ads 468x60px

...

Kamis, 26 Juni 2014

Kajian Asmaul Husna

Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab menekankan pentingnya kita mengenal atau ma’rifatullah bahkan puncak dari keberagamaan dan ibadah kita adalah mencapi posisi tersebut. Salah satu cara mengenal Allah adalah dengan memahami nama-nama-Nya yang terindah dan terbagus. Tujuan itu tidak lian agar kita meneladani   nama dan sifat Allah itu. Sebagaimana Rasulullah memberi petunjuk agar setiap muslim berakhlak dengan akhlak Allah, Takhallaqu bi akhlaqilah (berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah).

Rasanya memang tidak mungkin kita patuh pada hal yang tidak kita kenal, tidak mungkin, bagaimana mau patuh sedangkan kita tidak kenal Dia, karenanya dari sisi ibadah, tidak sah ibadah kalau diperintahkan oleh yang tidak kita kenal, itu sebabnya dalam Islam semua ibadah yang tidak diperintahkan Allah tidak boleh.

Di dalam Al Qur’an, disebutkan bahwa kaum musyrik menyembah berhala-berhala, padahal berhala itu sendiri tidak memerintahkan mereka untuk menyembahnya atau dengan kata lain berhala itu tidak mengenal mereka dan tidak memerintahkan mereka untuk menyembahnya.

Hal ini penting untuk kita sadari mengingat dalam kontek ibadah kepada Allah kita diharuskan mengenal Allah, walaupun nanti tingkat pengetahuan atau pengenalan itu berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya.

Pengenalan terhadap Allah pun telah dipersiapkan-Nya dari sejak penciptaan manusia dengan adanya fitrah yang disematkan dalam diri manusia, baik dahulu maupun sekarang.   Atau yang diistilahkan dengan god spot/Nashiyah (ubun-ubun kepala) yang mendorong kita untuk mengenal Tuhan pencipta kita.
Ketika kita menemukan kesulitan dan berusaha mencari penyelasaaian ke mana-mana tidak kita temukan pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah. Persis ketika kita terombang-ambing di atas perahu sendirian tanpa tahu arah tujuan maka fitrah ini akan menuntunnya untuk meminta pertolongan kepada Tuhan pencipta alam semesta.

Jalan Mengenal Allah

Ada banyak konsep yang menunjukan kita untuk mengenal Allah. Dintaranya adalah dengan akal. Karenanya di dalam Al Qur`an tidak ada pembahasan tentang wujud tuhan, bahkan di perjanjian Lama dan Baru sekalipun, karena hal itu adalah aksioma. Orang yang tidak meyakini wujud tuhan maka htinya akan galau dan gelisah.

Namun akal ini terbatas untuk mengenal Allah, yang terpenting jangan kelewat batas sampai ingin mengenal zatnya, karena hal ini dipastikan tidak akan bisa. Seperti kita melihat matahari atau bulan, apakah yang kita lihat itu zat matahari dan bulan, tidak, yang kita lihat justru pantulan sinar dari matahari dan bulan.

Karenanya cukup  bagi kita mengenal Allah dengan cara memikirkan ciptaan-Nya. Sebagaimana Sabda Nabi saw, “Berpikirlah tentang ciptaan-Nya dan jangan kalian berpikir tentang zat-Nya”. Karena kita tidak mungkin sampai pada zat Allah. Memikirkan ciptaan-Nya saja sunguh mengagumkan dan bahkan tidak sampai pada hakikat ciptaan-Nya. Jadi cukup dengan lihat bekas-bekas yang ditinggalkan Allah di alam semesta ini untuk menunjukkan eksistensi Tuhan.

Dulu orang-orang badui berkata, “saya lihat ada kotoran onta , jika demikian pasti pernah ada onta lewat disini,” jadi melihat bekasnya, sekalipun kita tidak sempat melihat wujud atau eksistensi onta tersebut.
Tetapi kita perlu kenal tuhan, kita disuruh patuh dan untuk itu perlu kenal, bahkan kita disuruh cinta itu perlu kenal, maka Allah memperkenalkan dirinya, Aku itu wujud..Aku itu begini dan begitu,.

Pengenalan Allah terhadap dirinya kepada kita itu unik, keunikannya karena keterbatasan kita dan tidak keterbatasan Dia. Allah seringkali memperkenalkan nama dan sifat-Nya dalam Al Qur`an  dengan hal yang dikenal nalar kita, bahwa Dia maha mendengar, Melihat dan lain-lainya, namun harus kita yakini bahwa mendengar dan melihatNya Allah berbeda dengan mendengar dan melihatnya kita yang penuh keterbatasan.  Sehinga nama dan sifat Allah itu jangan kita pikir materinya, berarti Allah memiliki telinga dan mulut, hal itu mustahil kita katakan, karena Allah tidak bertempat dan bukan materi.

Setelah Allah memperkenalkan nama dan sifat-Nya Allah juga menegaskan bahwa Dia laisa kamitslihi sya`un (tidak ada sesuatupun yang seperti sepertinya) yang seperti dengan seprtinya saja tidak ada apalagi yang sama sepertinya.

Allah memperkenalkan diri-Nya, jika kita merujuk kepada Al Qur`an, Allah memperkenalkan dirinya pertama kali di surah Iqra`, ada dua sifat Allah disini, khalak dan akram, dua nama itu yang pertama diperkenalkan Allah, memang ada kata Rabb, apa artinya rabb, kita ambil contoh, si A gagah, wanita itu cantik, Atau si a peramah, pemurah, kikir, , ini ada dua macam sifat kalau dia cantik itu sifat pribadinya, yang tidak bisa menular kepada kita, tetapi kalau pemarah dan pemurah ini bisa menular kepada kita? jadi Rabb itu Tuhan yang memelihara, mencipta, pokoknya semuanya itu, tetapi ada sifat-nya yang tidak bisa menular kepada kita, kita ambil misalnya, sifat Keesaannnya dan  Wujudnya Langgeng.

Ada sifat-sifat Allah yang melekat pada diri-Nya tapi tidak bisa menyentuh makhluk, ada juga sifat-sifatnya yang menyentuh makhluk. Hal itu terdapat dalam sifat zat dan sifat perbuatannya,  jadi yang mana lebih luas Allah atau Rabb, karena Allah qudus, Allah wahid, Allah razzaq, semuanya itu. Kita kembali bahasa Allah, Dia memperkanalkan diri-Nya, khalak dan akram, kalau di asmaul husna yang diriwayatkan dalam satu riwayat itu ada 99;

إِنَّ للهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مِائَةٌ إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesunggunya Allah itu memilki 99 nama, siapa yang ahshaha maka dia masuk surge”

Banyak orang salah dalam memahami kata ahsha.  Kata ini berarti mengetahui secara rinci, jadi bukan hanya sekdar mengahapalnya satu demi satu sampai 99. Sebab kalau hanya sekedar meyebutkan jumlahnya hingga mengahpalnya maka ada binatang yang bias melkukan itu semua, akan tetapi tidak ada binatng yang bias memahaminya. Karenaya kita harus lebih tinggi dari sekdar menghapalnya yaitu memhaminya secra dalam dan rinci.

Seperti setiap kita bisa mengucapkan kata ar-rahman dan bahkan tahu artinya, tetapi untuk mencapai artinya secara rinci dan dalam kita berbeda-beda. Tetapi untuk memahami lebih jauh apa arti ar-rahman membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam dari sekedar menghapal. Menghayati makna itu lebih tinggi, dan orang yang menghayatinya, bisa jadi dia sekedar menghayatinya tetapi tidak merasakan nikmatnya, contoh, ada seorang murid sangat kagum pada gurunya, sangat senang mendengar pelajaran-pelajarannya, sangat ingin menjadi seperti dia, bisa saja suatu waktu dia tidak perhatikan gurunya? Bearrti boleh jadi ada sesuatu yang menghalanginya untuk memperhatikannya, boleh jadi karena dia lapar, jadi orang yang sudah menghayatipun itu bisa jadi suatu waktu tidak merasakan kenikmatannya sehingga dia lengah, itu sebabnya apa yang dinamai pengenalan itu bertingkat-tingkat, contoh, apakah Anda kenal SBY? Kalau Anda menjawab kenal itu benar!, tapi kalau Anda menjawab tidak kenal itu lebih benar! Karena tidak pernah bertemu dan tatap muka.

Contoh lain, seandainya, Allah memperkenalkan dirinya melalui sifat khalak (yang maha mencipta), saya berikan contoh melalui buku ini, Anda baca, judulnya menyingkap tabir ilahi, dalam perspekti Al Qur’an pengarangnya ini…lalu ada yang bertanya kenal pengarangnya?, kalau pun Anda sudah baca buku ini, belum tentu Anda kenal saya (pengarangnya), kalau pun Anda sudah baca semua buku saya Anda belum tahu saya dengan pengenalan yang benar. Ketika kalaupun Anda sudah tahu semua ciptaan Allah sampai mendetail Anda belum tahu Dia, tetapi Anda sudah dinamai makrifatullah. Itu sebabnya imam Al Ghazali berkata, kita harus beristighfar kepada Allah bukan karena kita memberi kepada Allah sifat yang tidak sempurna, tetapi member-Nya sifat yang sempurnapun kita mesti harus istighfar  karena kesempurnaan kita itu sebenarnya belum sampai kepada tingkat kesempurnaan Allah, itu sebabnya rasul mengajarkan doa,

سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Ya Allah Maha Suci Engkau, kami tidak bisa memuji-Mu, kalau begitu pujian terhadap-Mu adalah pujian-Mu atas diri-Mu.”

Definisi Asma`ul Husna

Asmaul husna, itu terdiri dari 2 kata asma dan al husna itu bentuk jamak dari isim, isim itu bisa terambil dari kata sumuw sama artinya langit, semua yang berada di atas Anda itu sama’ sumu tinggi, bisa juga terambil dari kata sima’ tanda. Asma bisa diartikan isim/nama, karena nama itu tanda, karena pada hakekatnya nama sebagai penanda ini dan itu. Jadi nama itu tanda, kalau kita katakan asma dari isim maka nama itu harus dijunjung tinggi.

Adapun al husna itu bentuk feminim dari ahsan untuk menunjuk makan laki-laki maka menggunakan itu kata ahsan, sementara untuk menunjuk perempuan digunakan kata husna jadi asmaul husna adalah nama-nama  Allah yang terindah, yang terbaik, yang termulia.
Ternyata nama-nama dan sifat Allah itu tidak terbatas pada angka 99. Ada ulama  yang meneliti Al Qur’an ditemukan 127 nama Allah.  Ada imam yang menemukan 137 nama. Adapun Imam Al Qurtubi menghimpunnya dari para ulama berjumlah 200 nama.

Nama “Allah”

Kata “Allah” sangat popular dikalangan ulama-ulama dulu dan sampai sekarang sangat popular, apa artinya laa ilaaha illa Allah, tidak ada tuhan (yang wajib disembah kecuali Allah). Apa artinya tuhan, menurut para ulama dulu yang kita hormati, kata Allah terambil dari kata ilah artinya yang disembah, kalau kita katakana la ilaaha illa Allah, maka terjemah harfiahnya tidak ada tuhan yang disembah kecuali Allah, tetapi kenyatannya ada yang disembah selain Allah, maka terjemah yang pasnya ditambahi tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, selain dari Allah tidak wajib di sembah. Jadi kata Allah terambil dari kata ilah asal katanya dan artinya yang disembah.

Makna kedua, prinsipnya dalam bahasa kalau ada satu susunan kata, ada satu ucapan yang sudah lurus maknanya tanpa Anda bumbuhi (dalam kurung ) itu lebih baik daripada Anda Anda bumbuhi (dalam kurung) atau tambahan. Jika ada satu kalimat yang sudah lurus dan dipahami tanpa harus ditambah penjelasan embel-embel  maka tidak perlu penjelasan. Menurut penelitian tidak sedikit ulama berpendapat bahwa ilah itu artinya penguasa alam raya yang menguasai diri Anda, yang menguasai segala sesuatu, yang mengatur segala sesuatu , sekarang lihat laa ilaha illa Allah apa artinya sekarang? “Tidak ada penguasa, pengatur di alam raya ini kecuali Allah,” kita ambil ayat Al qur’an coba Anda bandingkan dua terjemahan ayat ini

لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiyaa [21]: 22)

Seandainya di langit dan dibumi ini ada alihah jamak dari ilah, pastilah langit dan bumi akan hancur. Coba kita artikan dengan tuhan yang disembah, seandainya dilangit dan di bumi ini ada tuhan selain Allah yang wajib disembah pasti dia hancur, lalu bandingkan dengan terjemah, “Seandainya di langit dan di bumi ini ada penguasa  yang mengatur alam raya ini kecuali Allah pasti hancur.”

Kata Allah juga berasal dari kata ya’lahu, bermakna yang menakjubkan yang mengherankan, karena semua ciptaan-Nya itu menakjubkan.

Kalau ingin dibahas hakikat zatnya maka itu akan mengherankan dan alam menjadikan Anda bingung, ingat sabda nabi “Jangan berfikir tentang Allah, pikirkanlah tentang makhluknya,” kalau Anda merasa bahwa tidak ada yang berkuasa mengatur alam raya ini kecuali Allah. Makna ini lebih berkesan dalam jiwa Anda ketika Anda berkata tidak ada pengusa yang menguasai alam raya ini kecuali Allah,  dari pada makna kalimat “tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah” Yang mana lebih berkesan? Kalau Anda mengatakan yang wajib disembah itu menjadikan Anda terdorong untuk menyembahnya tapi kalau Anda berkata tidak ada penguasa alam raya ini kecuali Allah itu menanamkan dalam jiwa Anda ketenangan, ala bi dzikrillah tathmainul qulub (ketahuilah dengan berdzikir hati menjadi tenang).

Sebenarnya kita ditekankan pada makna tidak ada penguasa di alam raya ini kecuali Allah, itulah yang menjadikan Rasulullah saat diancam oleh seseorang, “siapa yang dapat menyelamatkan kamu dari pendang ini?” Rasululhah jawab, “Allah,” mudah sekali, karena tidak ada yang berkuasa kecuali Allah, jatuh pedang itu.

Asmaul husna ini bisa diklasifikasi, pertama, nama-Nya yang khusus, dan tidak boleh disandang orang lain, yaitu nama Allah dan rahman. Anda tidak boleh menamai makhluk dengan rahman atau Allah, itu nama khusus, boleh juga kita sandangkan kepada makhluk tetapi ditambah nama abdu (hamba)  didepanya Abdullallah atau Abdurrahman.

Kedua, nama-nama-Nya dan sifat-Nya yang bisa disandang oleh manusia, seperti kata alim (mengetahui). Dalam Al Qur`an Nabi Muhammad SAW disifati dengan Rauf (lembut).

Ketiga, nama-nama-Nya yang tidak disebut secara berdiri sendiri, harus bergandengan, Allah ya muhyi ya mumit(yang selalu menghidupkan dan mematikan)atau ya dharr ya nafi’ (yang membri mudharat dan member manfaaat)  hal itu dilarang agar jangan sampai timbul kesan terhadap Allah sesuatu yang buruk sekalipun kenyataanya memang demikian nama dan sifat Allah.

Al Khaaliq

Allah memperkenalkan dirinya dalam surah Al Alaq dengan khaliq (kata dasarnya khalaqa).  Dalam Al Qur`an kata khalaqa (mencipta) disebut berulang-ulang, ada juga kata yaj’al (menjadikan). Jadi adakalanya Allah menyebut dengan khalaqa dan yaj’al. Jika Allah menggunakan kata khalaqa maka dia khaaliq (Maha Mencipta) maka itu menunjukkan kehebatan dan keagungan ciptaannya. Jika Allah berkata menjadikan jalan, maka tekanannya ada manfaatnya, seperti firman Allah ja’ala laku min anfusikum azwajan (Allah menjadikan dari diri kamu pasangan), siapa yang menjadikan itu? Allah.

Allah khalaqa samawati wal ardi  (Allah menciptakan langit dan bumi) dia mencipta semua yang ada dan ciptaaan-Nya itu mengagumkan, yang sekecilnya pun mengagumkan. Seperti Allah menciptakan lalat yang kita anggap hina dan remeh tetapi di balik penciptaanya itu ada hal luar biasa baik yang sudah kita ketahui maupun belum.

Jadi, Allah memperkenalkan dirinya dalam ayat Iqra` bismirabbikalladzi khalaq (bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang mencipta), Dalam bahasa arab kalau ada satu kata yang tidak disebut objeknya maka itu mencakup segala sesuatu, sama halnya jika saya katakan begini “silahkan makanlah”  di hadapan anda terhidang berbagi macam menu makanan, ada gado-gado, rending, opor dan lain sebagainya, maka anda bebas memilih makan apa saja karena saya tidak menyebutkan objek menu-Nya. Sehinga tidak perlu anda bertanya saya makan yang mana?

Sama ahalnya dengan perintah “bacalah”  silahkan baca apa saja syaratnya adalah dalam kerangka atau dengan nama Tuhan-Mu.  Dengan demikian Anda bisa mengetahui wujud tuhan itu melalui ciptaan-Nya. Karena adanya ciptaan Sesutu pasti menujukkan adanya yang membuat. Seperti Alam semesta beserta isinya ini, tidak mungkin tercipta dengan sendirinya pasti ada yang menciptakannya. Tidak terlalu berbeda dalam dunia manusia, jika kita dapati sutu produk yang indah kita pun bertanya siap yang memproduksinya.

Al Akram

Nama kedua yang Allah perkenalkan akram, dia tidak memperkenalkan dirinya yang kedua itu dengan kata karim, dalam bentuk superlatif, yang paling karim, karim itu maknanya banyak. Karim dalam bahasa terambil dari akar kata yang terdiri dari 3 huruf kaf, ra dan mim, ini mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan sesuai objeknya, keistimewaan sesuai apa yang disifatinya, kalau saya katakan “dzillun karim,” awan yang karim, pokoknya apa yang indah.

Contoh lain, kalau saya katakana “rizqun karim” apa artinya? apa yang terbaik dalam bidang rizki? Seperti memuaskan, halal, bermanfaat itu artinya rizqun karim. Jika saya katakana zaujun karim, istri atau suami pasangan yang karim, carilah maka yang Anda sukai, bias berupa akhlaknya bagus, pokoknya kariim yang paling mulia, yang paling baik, dalam bidang yang Anda sukai, jadi Allah karim, pokoknya Allah karim, ciptaanya karim rizkinya karim, pokoknya Allah karim.

Ada tiga ayat yang mensifat Allah dengan karim, semuanya menuju kepada-Nya dengan kata Rabb, bismirabbik jadi penganugrah, al karim adalah dia yang maha Pemurah dengan pemberiannya maha luas dengan anugerahnya, tidak terlampai oleh harapan dan cita yang tinggi serta besarnya harapan, dia yang memberi tanpa perhitungan.

Al karim menurut imam Al Ghazali adalah Dia yang apabila berjanji maka menepati janjinya, bila memberi maka melampai batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana, atau perantara.

Lebih lanjut Al Ghazali menjelaskan makna dari Allah karim ini antara lain yang disebutkan Dia yang bergembira dengan diterimanya anugerah, Allah itu gembira karena Dia telah memberi, subhanallah, itu yang saya gambarkan jadi orang itu simpati, dia yang bergembira dengan diterimanya anugerahnya serta memberi sambil memuji yang diberinya, contoh ada orang yang ingin memberi sesuatu agak memaksa, beri saya pahala beri saya doa, ada yang bisa meniru itu, bergembira kalau diterima pemberiannya, itulah makna Allah ya karim, bergembira dengan diterimanya, serta memberi sambil memuji yang diberinya, dia yang memberi siapa yang mendurhakainya, Allah itu karim kepada yang durhaka pun dikasih, bahkan memberi sebelum diminta, kata al karim yang mensifati Allah dalam Al Qur`an semua menuju kepadanya dengan kata Rabb merupakan sifat pertama yang diperkanalkannya pada wahyu pertama, kata-kata itu bersumber dari kata-kata yang sama dengan Rabb memiliki arti berbeda-beda, namun akhirnya mengacu pada makna penyembahan, peningkatan, ketinggian.

Allah diperkenalkan dengan dua nama itu dulu, kenalilah Allah, dia hebat ini dan ini, sampai disini boleh jadi ketika Anda melihat kehebatan-Nya, Anda merasa takut, tapi Dia itu akram, Dia itu baik, maka, ini mendorong orang untuk mendekat kepada-Nya. Saya kira itu sedikit dari banyak yang mesti kita terangkan tentang asmaulhusna.

Yang terpenting kita ingin mengenal Allah, dan Abu bakar pernah ditanya, hal arafta rabbak (kamu kenal Tuhanmu?) Dia jawab “saya kenal Allah melalui Allah,” ditanya lagi “wa kaifa araftahu (bagaimana kamu kenal Dia?)”, dia jawab, “Ketidakmampuan mengenal Allah atau kesadaran bahwa kita tidak mampu mengenal Allah, itulah pengenalan kepada Allah,” Sadar kalau tidak mampu, sudah sampai sana Anda ragu, itu sebabnya saya katakan, belum tentu orang yang menjawab tidak tahu, itu lebih bodoh dari pada yang menjawab tahu, contohnya, orang ditanya “bisa perbaiki listrik?” Kalau ada orang yang tidak tahu menjawab bias, terus dia coba-coba lalu gagal, yang mana lebih pinter yang berkata tidak tahu padahal dia tahu atau berkata tahu dan dia tidak tahu.

Seperti yang dikatakan Abu bakar “saya sadar saya tidak tahu itulah puncak pengetahuan,” kalau Anda jawab saya tahu tuhan begini-begini, kalau Anda berkata tahu itu pengenalan yang sangat dangkal, contoh-contong  yang diberikan Allah bukan seperti itu Allah, itu sebabnya imam Al Ghazali berpendapat untuk mengenal Allah ada dua caranya;

Pertama,  jalan buntu, tidak usah bahas tentang Allah cukup kembangkan jiwa Anda.

Kedua, beri contoh, tetapi ketika Anda memberi contoh tekankanlah bahwa Allah tidak seperti itu, contoh konkritnya ada seorang yang belum kawin, saya cerita sama dia hidup berumah tangga itu rukun dan anak-anaknya baik, itu nikmat luar biasa? Sementara orang itu belum kawin, lalu dia bertanya “bagaimana nikmatnya itu,” maka saya bisa terangkan atau tidak? Tidak bias… buntu, karena dia belum sampai ke sana. Lalu dia memaksa “Tolong saya ingin tahu,” lalu saya kasih dia contoh, “apa kenikmatan yang kamu ketahui yang paling enak kamu rasa?” Dia jawab “mungkin paling enak ketemu teman-teman lalu saya ngobrol dengan mereka, nikmatnya luar biasa, itu puncak kenikmatannya?” Kalau begitu nikmatnya hidup berumah tangga itu nikmatnya melebihi kenikmatan kamu bertemu dengan dengan teman-temanmu. Tergambar atau tidak sekarang? seperti ilulah Allah. Allah razzaak (pemberi rizki), gambarkanlah tapi ketahuilah bahwa apa yang Anda gambarkan itu tidak melebihi-Nya. Nah ini bukan jalan buntu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

About

Sample Text