Apa do’a yang dianjurkan banyak dibaca pada malam lailatul qadar? Ada
do’a yang pernah diajarkan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam jikalau kita bertemu dengan malam kemuliaan tersebut yaitu do’a: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ
أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Dari ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah
bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja
ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar,
lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta
maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah
no. 3850.
Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta
maaf dan ampunan pada Allah”. Hadits di atas disebutkan pula oleh Ibnu
Hajar dalam Bulughul Marom pada hadits no. 706.
Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.
Para ulama menyimpulkan dari hadits di atas tentang anjuran
memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam yang diharap
terdapat lailatul qadar. Do’a di atas begitu jaami’ (komplit
dan syarat makna) walau terlihat singkat. Do’a tersebut mengandung
ketundukan hamba pada Allah dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput
dari dosa. Namun sekali lagi meminta ampunan seperti ini tidaklah
terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” (Fadho-ilul Awqot, hal. 258).
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik,
و
إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في
ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا
صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر
“Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam
lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadhan
dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif adalah yang
bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa
amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik
(sholih). Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti
orang yang penuh kekurangan karena dosa.”
Yahya bin Mu’adz pernah berkata,
ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو
“Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 362-363).
Hadits ‘Aisyah di atas juga menunjukkan bahwa do’a di malam lailatul
qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul
mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
Hadits ‘Aisyah juga menunjukkan bahwa jika seseorang berdo’a pada
Allah diperantarai dengan tawassul melalui nama-nama Allah. Seperti
dalam do’a terlebih dahulu memuji Allah dengan ‘Allahumma innaka
‘afuwwun, yaitu Ya Allah yang Maha Pemberi Maaf’. Bentuk do’a semacam
ini adalah bertawassul terlebih dahulu dengan nama atau sifat Allah
yang sesuai dengan isi do’a.
Dalil di atas juga menunjukkan bahwa sifat ‘afwu (pemaaf) adalah di
antara sifat Allah. Maksud ‘afwu adalah memaafkan dosa yang diperbuat
hamba. Begitu pula hadits tersebut menetapkan sifat mahabbah (cinta)
bagi Allah. Penetapa sifat di sini adalah sesuai dengan keagungan Allah,
tanpa dimisalkan dengan makhluk dan tanpa ditolak maknanya. Wallahu a’lam.
Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk memperbanyak do’a yang sedang kita kaji ini di penghujung Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar