Pendahuluan
Iman
kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan
orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat
jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya
badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia
keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam
keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan
kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Hari Kiamat
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ
قَالَ وَضَمَّ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى (مسلم)
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam bersabda: “Aku dan hari kiamat diutus (berdampingan)
seperti ini.” Anas berkata:”Dan beliau menghimpun jari tengah dan jari
telunjuknya.” (HR Muslim 14/193)
Sehingga
pernah diriwayatkan bahwa pada suatu hari seorang sahabat melihat di
kejauhan ufuk ada asap yang mengepul. Maka sahabat tersebut langsung
keliling ke rumah para sahabat lainnya menggedor pintu rumah mereka
seraya berteriak:
الدخان الدخان
“Asap…! Asap…!”
Artinya,
pada saat sahabat ini melihat asap tersebut, maka ia teringat
penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai salah
satu tanda besar menjelang datangnya hari Kiamat adalah bila sudah
terlihat asap mengepul. Jika lima belas abad yang lalu saja sahabat
telah sedemikian seriusnya mensikapi tanda-tanda akhir zaman, bagaimana
lagi sepatutnya kita yang hidup di zaman ini?
Bahkan
sedemikian pentingnya urusan hari Akhir ini sehingga dari enam rukun
iman yang kita pelajari sejak masih SD, maka beriman kepada hari Akhir
adalah yang paling sering disebut berpasangan dengan beriman kepada
Allah subhaanahu wa ta’aala. Di dalam Al-Qur’an maupun Hadits sangat
sering kita dapati hal ini.
ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
“Demikianlah
diberi pengajaran dengannya orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.”(QS 65:2)
Bahkan
dalam satu hadits di bawah ini sampai tiga kali Nabi menyebutkan iman
kepada Allah subhaanahu wa ta’aala bersamaan dengan iman kepada hari
Akhir.
حَدِيثُ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Bersabda
Rasulullah saw: “Barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah
bicara yang baik atau diam. Dan barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari
Akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dan barangsiapa beriman kpd
Allah dan Hari Akhir hendaklah menghormati tamunya.” (HR Bukhari-Muslim)
Ayat
dan hadits seperti di atas banyak kita temui di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah sehingga kita bisa sampai pada suatu kesimpulan bahwa tingkat
pentingnya mengimani hari Akhir setara atau sederajat dengan iman kepada
Allah subhaanahu wa ta’aala
"Manusia
bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, "Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah." Dan
tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat
waktunya.”(QS Al-Ahzab 63)
Sumber : Ihsan Tandjung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar